Sebagian besar warga sudah terbiasa dengan suara gemuruh dan letusan freatik Merapi
Sleman (ANTARA News) - Letusan freatik kecil Gunung Merapi di perbatasan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Jawa Tengah, pada Senin dini hari pukul 01.25 WIB tidak sampai menimbulkan kepanikan warga.

"Sebagian besar warga sudah terbiasa dengan suara gemuruh dan letusan freatik Merapi," kata Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Heri Suprapto.

Aparat desa yang berada di lereng Merapi itu selalu menjadikan informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta sebagai rujukan dalam menyampaikan perkembangan informasi mengenai aktivitas vulkanik gunung api tersebut.

"Kami selalu menginformasikan perkembangan aktivitas Gunung Merapi dari BPPTKG Yogyakarta kepada masyarakat. Sehingga mereka tahu saat ini status Merapi aktif normal dan letusan tadi pagi hanya letusan freatik," katanya, menambahkan bahwa dengan demikian warga tahu letusan dini hari tadi bukan fase erupsi.

"Meski demikian kami juga tetap waspada, dan terus memantau setiap perkembangan Merapi dari informasi resmi milik BPPTKG Yogyakarta," katanya.

Heri mengatakan meski letusan freatik Merapi dini hari tadi lebih kecil dibanding letusan freatik pada 11 Mei 2018, namun suara yang ditimbulkan sama kerasnya.

"Suara gemuruh sama kerasnya seperti 11 Mei, namun untuk hujan abu cenderung lebih tipis," katanya.

BPPTKG Yogyakarta di laman resminya menyebutkan letusan freatik kecil atau hembusan Gunung Merapi terjadi pada 21 Mei 2018. Letusan freatik pukul 01.25 WIB tersebut berlangsung 19 menit dengan ketinggian asap 700 meter teramati dari Pos Babadan.

Baca juga: Gunung Merapi keluarkan letusan freatik kecil, letupkan asap 700 meter
 

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018