Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan berdasarkan data terakhir angin puting beliung yang menerjang Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada Selasa (24/4) mengakibatkan 163 rumah warga rusak.

"Berdasarkan data terkini bencana angin puting beliung kemarin menerjang 59 rumah di Kota Yogyakarta dan 104 rumah di Kabupaten Bantul," kata Petugas Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY Eko Sulistyawan di Yogyakarta, Rabu.

Menurut Eko, di Kota Yogyakarta kerusakan paling banyak terjadi di Kecamatan Gondokusuman dan Umbulharjo. Sedangkan di Bantul berada di Kecamatan Banguntapan dengan kerusakan rata-rata pada atap atau genteng rumah.

"Selain menerjang rumah, angin ribut juga merusak sebagian bangunan kampus yakni Akademi Pembangunan Masyarakat Desa (APMD) di Yogyakarta dan STMIK Akakom, Bantul," kata dia.

Kendati demikian, ia memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa bencana alam berupa angin puting beliung itu.

Eko mengimbau masyarakat tetap mewaspadai hujan deras disertai angin kencang yang masih berpotensi muncul selama musim pancaroba saat ini.

Menurut dia, mengingat potensi angin kencang masih relatif tinggi, pihaknya menyarankan warga untuk memangkas pohon di lingkungan sekitar tempat tinggal yang dirasa terlalu rimbun atau rawan roboh.

"Saya rasa perlu upaya gotong royong serta inisiatif dari masyarakat sendiri untuk memangkas pohon-pohon yang rawan tumbang," kata dia.

Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiono sebelumnya menyebutkan bahwa di wilayah DIY sebagian besar masih masuk pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau. Pada masa ini jenis awan-awan yang terbentuk adalah awan-awan konvektif seperti cumulonimbus yang sifatnya seringkali lokal.

Awan-awan tersebut, kata dia, berpotensi menyebabkan hujan intensitas lebat dan dalam durasi singkat, angin kencang atau puting beliung dan petir.

"Masa pancaroba ini diprakirakan akan berlangsung hingga awal Mei," kata Djoko.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018