Bantul (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengharapkan bangunan atau objek yang digunakan untuk fasilitas publik memiliki struktur atau petunjuk dalam memperkuat ketangguhan bencana.

"Ada tujuh objek ketangguhan yang harus kita tangguhkan, dan kita harapkan semua tujuh objek itu bisa kita jadikan objek ketangguhan kita," kata Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kuniawan usai menghadiri Seminar Sadar Bencana di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin.

Ia menyebutkan, tujuh objek ketangguhan itu adalah rumah, rumah sakit atau puskesmas, sekolah atau madrasah, pasar, tempat ibadah seperti masjid, gereja dan sebagainya, kantor dan sarana vital seperti bandara dan terminal.

"Seperti sekarang kita ada di Kantor Bupati Bantul ini, apabila mendapat informasi ada gempa bumi, bapak mau kemana, apa yang bapak lakukan, tanda-tanda jalur evakuasi apakah ada, itu salah satu contoh saja," katanya.

Lilik mengharapkan, semua objek bangunan tersebut punya petunjuk dalam melakukan evakuasi bencana sebagai jangka pendek dalam penanganan ketika terjadi bencana, agar korban jiwa dapat diminimalkan dan dicegah.

"Untuk jangka panjang tentu juga kita lakukan, misalnya dengan memperkuat struktur sekolah yang sudah mau roboh, karena sekolah di Bantul ini rawan terhadap gempa bumi misalnya, maka kita perkuat struktur untuk jangka panjangnya," katanya.

Ia juga mengatakan, dalam jangka pendek penanggulangan bencana dilakukan dengan melatih kesiapsiagaan masyarakat maupun orang-orang yang ada di sekitar objek bangunan itu, misalnya siswa atau guru di lingkungan sekolah.

"Pada 26 April merupakan Hari Kesiapsiagaan Nasional, jangan hanya pemerintah saja, namun kita melakukan simulasi bareng bareng, misalnya kalau ketika berada di pasar apa yang mereka lakukan," katanya.

Selain memperkuat tujuh objek tersebut untuk ketangguhan bencana, kata dia, pihaknya mengajak semua pihak mulai mengkampanyekan kesiapsiagaan bencana yang dimulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat serta orang-orang terdekat.

Menurut dia, perlunya mengkampanyekan kesiapsiagaan bencana dari diri sendiri karena berdasarkan hasil survei dari otoritas terkait, 95 persen keselamatan seseorang ketika terjadi sebuah bencana itu karena faktor dari diri sendiri.

"Jadi yang 95 persen tadi itu adalah hasil survei pascagempa bumi di Kobe Jepang 1995, tetapi itu relevan dengan yang ada di Indonesia, karena faktanya kita juga mirip dengan yang di Jepang itu," katanya.

Pewarta: H. Sidik
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018