Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menegaskan ke-Islaman dan keumatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ke-Indonesiaan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

"Ke-Islaman dan keuamatan dengan ke-Indonesiaan, ibarat dua sisi mata uang yang saling melekat, tidak terpisahkan," kata Hidayat Nur Wahid, saat menyampaikan pemaparan Sosialisasi Empat Pilar di hadapan sekitar 500-an pengurus dan anggota Dewan Masjid Indonesia, dari 65 kelurahan se-Jakarta Selatan, di Gedung Serba Guna Rumah Jabatan Anggota DPR RI, Kalibata, Jakarta, Minggu.

Menurut Hidayat Nur Wahid, dalam konteks tersebut substansi yang ingin disampaikannya adalah kemasjidan, keulamaan, merupakan bagian yang melekat dan tidak terpisahkan dengan ke-Indonesiaan.

Para ulama dan umat Islam, kata dia, memiliki peran besar dan bagian perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjelaskan, masjid dan ulama, memiliki peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hidayat mencontohkan, peran masjid dan ulama dalam peristiwa bersejarah di Turki.

Ketika terjadi kudeta terhadap pemerintahan Presiden Erdogan di Turki, menurut dia, para pelaku kudeta sudah menguasai jaringan televisi, media, pesawat tempur, dan lainnya, tapi bisa digagalkan karena adanya peran masjid dan ulama.

"Pada saat itu Erdogan memerintahkan agar masjid-masjid mengumandangkan adzan di tengah malam, sekitar jam dua dini hari," katanya.

Hidayat menambahkan, mendengar suara adzan, masyarakat keluar dari rumahnya masing-masing, kemudian berbondong-bondong ke jalan raya, dan menggagalkan kudeta.

Masjid, kata dia, dapat menjadi sarana efektif untuk menyelamatkan negara dari upaya kudeta.

Dalam konteks Indonesia dan hubungannya dengan Sosialisasi Empat Pilar MPR, Hidayat menjelaskan, sesungguhnya ke-Islaman, keumatan, Ormas Islam, partai politik Islam, adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan ke-Indonesiaan.

"Akhir-akhir ini ada yang mencoba memisahkan ke-Islaman dari ke-Indonesiaan," katanya.

Hidayat menegaskan, pihak-pihak yang berusaha memisahkan ke-Islaman dari ke-Indonesiaan pasti tidak mengakui apa yang disebut "Jasmerah" oleh Bung Karno, yakni "jangan sekali-sekali melupakan sejarah".

Melalui Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, kata dia, perlu diingatkan kembali peran para ulama, baik dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, maupun partai-partai Islam dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Hidayat mencontohkan, KH Hasyim Asyhari melahirkan gerakan Resolusi Jihad untuk melawan penjajah.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018