Denpasar (ANTARA News) - Ratusan ogoh-ogoh, boneka besar dalam berbagai bentuk dan ukuran menyerupai buta kala makhluk dunia akhirat mulai berjejer di sepanjang jalan di Kota Denpasar dan sekitarnya, setelah dikeluarkan dari balai banjar, tempat karya seni itu dibuat, Jumat pagi.

Anak-anak muda dari masing-masing banjar sejak Kamis (15/3) malam sibuk melengkapi ogoh-ogoh itu dengan bambu atau kayu sebagai tempat pegangan untuk nantinya menggotong dan diarak secara beramai-ramai.

Sebagian lainnya telah mengadakan latihan gladi bersih menari diiringi dengan instrumen gamelan yang akan memeriahkan arak-arakan ogoh-ogoh itu.

Karya seni yang mereka kerjakan lebih dari sebulan itu ditaruh di pinggir jalan sampai menghabiskan separuh badan jalan, sehingga mulai menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Bahkan beberapa luas jalan di kawasan Perumnas Monang Maning Denpasar barat mulai ditutup.

Anak-anak muda masing-masing banjar hingga Jumat pagi sebagian besar masih sibuk melengkapi ogoh-ogoh itu dengan roda yang diatur sedemikian rupa, sehingga tidak begitu banyak menghabiskan energi untuk menempuh rute yang akan dilalui.

Meskipun dilengkapi dengan roda, kelompok anak-anak remaja itu sudah mengantisipasinya agar mudah diangkat saat digotong kembali untuk "ditarikan" mengikuti alunan irama musik gong blaganjur yang mengiringinya.

Anak-anak muda hampir di setiap banjar dalam Kota Denpasar maupun kabupaten lainnya di Bali membuat ogoh-ogoh yang diarak keliling banjar dan desa pekraman pada malam pengerupukan, sehari menjelang Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940.

Karena itu, masyarakat pengguna jalan diimbau dapat menyadari kondisi yang demikian itu, lebih-lebih setelah dimulai arak-arakan ogoh-ogoh dipastikan lalu lintas akan lumpuh di setiap jalan raya dalam Kota Denpasar maupun tempat lainnya di Bali.

Kabid Humas Polda Bali Kombes Hengky Widjaja mengatakan, pihaknya mengerahkan sebanyak 5.630 personel untuk mengamankan kegiatan pawai ogoh-ogoh pada malam pengerupukan atau sehari sebelum perayaan Hari Raya Nyepi tersebut.

Pengamanan tersebut dibantu oleh sebanyak 22.000 petugas keamanan desa adat (pecalang) pada delapan kabupaten dan satu kota di Bali, dengan ogoh-ogoh yang diarak mencapai 6.347 buah.

Baca juga: Inilah dia, ogoh-ogoh "jaman now"

Pewarta: I Ketut Sutika
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018