Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyatakan, Ansor dan Banser tak hanya menjadi etalase Nahdlatul Ulama (NU), tapi juga harus menjadi etalase Islam Indonesia.

Hal ini disampaikan Gus Yaqut, sapaan akrabnya dalam acara Diklat Terpadu Dasar (DTD) sekaligus pengukuhan Pengurus Cabang GP Ansor Korea Selatan pada 14 Februari 2018.

"Anggota Ansor dan Banser tidak hanya menjadi etalase NU saja di Korea Selatan, tapi juga menjadi etalase Islam Indonesia. Sebab itu anggota Ansor dan Banser harus berperilaku yang baik. Tidak boleh bertindak kasar, tidak gampang menyalahkan orang lain, mesti toleran, membantu sesama. Harus menunjukkan sebagai muslim yang ramah agar tidak ada anggapan Islam itu mengerikan, suka teror, dan lain-lain," kata Yaqut dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis.

Gus Yaqut, sapaan akrabnya, mengatakan, tugas menjaga wajah Islam yang ramah adalah kewajiban seluruh anggota Ansor dan Banser, termasuk di Korsel. "Masyarakat Korsel akan melihat wajah Islam dan Indonesia dari sahabat-sahabat Ansor dan Banser. Tugas berat, tapi saya yakin sahabat-sahabat mampu," katanya.

Gus Yaqut memberi apresiasi tinggi atas atas semua aktivitas yang telah dilakukan dalam merawat dan mengembangkan NU, Ansor dan Banser di Korsel. "Salut saya dengan sahabat-sahabat semua yang telah merelakan waktu, tenaga, dan penghasilan, untuk merawat NU, termasuk mendirikan Ansor dan Banser Korsel," tandas Gus Yaqut.

Lebih jauh, Gus Yaqut menyatakan bahwa kader Ansor dan Banser adalah harapan NU di masa depan, sekaligus masa depan NU. Dia berharap pada kader-kader Ansor dan Banser.

"Jika kader Ansor dan Banser melangkah tidak benar dalam mengelola organisasi, maka NU di masa depan akan hancur, dan tidak dihargai oleh kelompok lain," ujarnya.

Gus Yaqut juga mengingatkan bahaya radikalisme agama yang menjadi ancaman serius belakangan ini. Jika gagal diatasi, bukan saja NU yang hancur, tetapi Indonesia akan lenyap. Sebab itu, NU, Ansor, dan Banser akan selalu berada di garis terdepan dalam menjaga Indonesia dari segala rongrongan.

"NU itu lahir untuk Indonesia. Indonesia itu didirikan salah satunya oleh para muassis NU, Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, Mbah Wahab Chasbullah, Mbah Bisri Sansuri, dll. Indonesia juga berdiri sudah atas pertimbangan syariah yang mengayomi semua. Jadi kalau ada yang mau mendirikan selain Indonesia seperti sekarang ini, maka kita harus lawan," katanya.

Selain itu, menurut Gus Yaqut, ancaman bukan hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Masyarakat bebas memakainya tanpa batas, termasuk melakukan fitnah, berujaran kebencian, memaki, membuat berita hoax, dan lainnya.

"Tinggal mencari pintu masuk untuk terjadi bentrokan fisik. Makanya kita harus hati-hati, bijak dalam bermedsos,” lanjut Gus Yaqut.

Sementara itu, Gus Yaqut berharap kepada KBRI Seoul agar tidak ragu-ragu bekerja sama dengan Ansor dan Banser.

“Pak Oka Wirayuda, Atase Pertahanan KBRI Seoul dan Bu Rosi Manulang, Atase Tenaga Kerja KBI Seoul, tidak perlu menyangsikan komitmen kami terhadap NKRI, karena jejak sejarah sudah membuktikan bahwa banser ikut berjuang memerdekakan Indonesia Kerjasama ini saya harapkan bisa terjalin harmonis,” katanya.

Selain Gus Yaqut, acara yang diikuti puluhan anggota Ansor Banser yang merupakan para pekerja Indonesia di Korsel, juga dihadiri Sekjen GP Ansor Adung Abdul Rochman, Kasatkornas Banser Afla Israeni, dan jajaran pengurus pusat Ansor, KH. Ulin Huda (Rais Syuriah PCI NU Korea Selatan), Kolonel Oka Wirayuda (Atase Pertahanan KBRI Seoul), Rosi Manulang (Atase Tenaga Kerja KBRI Seoul), serta takmir Masjid Mujahidin.

Pewarta: Tasrief Tarmizi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018