Pangandaran (ANTARA News) - Bayi perempuan bernama Sarah Tsunami dari pasangan Utan (64) dan Juarsih (32) yang pada Senin pekan lalu (17/7) diterjang ombak tsunami di Pantai Parigi, kondisinya kini membaik. "Saat ini kondisi bayi itu sudah membaik, meski sempat terseret tsunami lebih dari 500 meter," kata salah seorang perawat di RSU Banjar Sri Ernaningsih, Selasa. Menurut Utan, ayah Sarah, anaknya itu baru saja lahir pada hari Minggu (16/7) lalu dan pada hari Seninnya (17/7) sekitar pukul 16.00 WIB dirinya yang sedang memasak nasi di dapur dan istrinya yang tuna netra sedang menggendong Sarah terkena terjangan tsunami. "Saya dan istri saya terhempas sekitar 500 meter dari rumah kami yang terbuat dari kayu, sedangkan anak saya yang terlepas dari pangkuan istri saya tidak tahu entah kemana," katanya seraya mengatakan waktu itu anaknya tidak ditemukan sehingga dirinya dan istrinya sangat sedih. Namun, lanjut dia, sekitar 1,5 jam tidak ditemukan, sekitar pukul 19.00 WIB dirinya mendapatkan kabar, bahwa ada seorang bayi yang ari-arinya masih menempel ditemukan di tempat sampah oleh seseorang yang bernama Sail. "Mendengar kabar itu, saya langsung datang ke lokasi dan ternyata sudah dibawa ke Rumah Sakit Parigi dan ketika dilihat ternyata benar anak saya," katanya. Menurut dia, akibat terjangan ombak tsunami itu tempat tinggalnya yang di Batu Hiu Desa Ciliang, Banjar yang lokasinya dekat pantai Parigi hancur berantakan. "Saya sekarang tidak punya apa-apa lagi, paling tidak hanya baju yang saya pakai saja," tuturnya dengan muka sedih. Akibat terjangan tsunami itu dirinya dan istrinya mengalami luka memar di bagian punggung, bahu dan tangan karena ombak setinggi 10 meter menghancurkan rumah dan menghempaskan dirinya dan istrinya serta anaknya itu sangat jauh. Utan mengatakan, dirinya memberikan nama kepada anaknya Sarah Tsunami karena anaknya itu lahir setelah terjadi bencana Tsunami. Ia mengatakan, dirinya bersama istri dan anaknya yang baru lahir itu sejak lima hari lalu berada di RSU Banjar. Menurut dia, rencananya pada Selasa ini dirinya dan keluarga akan kembali ke balaidesa Ciliang karena ingin bertemu dengan sanak familinya yang lain. "Sejak kejadian itu, sanak famili saya tidak mengetahui keberadaan saya, oleh karena itu saya akan mencari di posko balaidesa Ciliang," ujarnya seraya mengatakan dirinya biasa bekerja sebagai tukang jamu dan istrinya sebagai tukang pijat.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006