Boyolali (ANTARA News) - Warga yang tinggal di Dukuh Songgobumi dan Sungup, Desa Mrian, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jateng, sejak Sabtu (13/5) mulai mengungsi, menyusul ditingkatkannya status Gunung Merapi dari "siaga" menjadi "awas". Wakil Bupati Boyolali Seno Samodra, yang mendampingi Bupati Boyolali Sri Moelyanto dan Damdin 0724 Boyolali Letkol Inf Suko Basuki, mengatakan hal itu seusai rapat koordinasi untuk penyelamatan warga terkait meningkatnya status Merapi menjadi awas, di Balai Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Sabtu. Jumlah warga yang mengungsi tercatat baru 28 orang.Warga di dua dukuh tersebut mengungsi sejak Jumat malam. "Warga yang tinggal di Dukuh Songgobumi dan Sungup itu mengungsi atas kesadaran sendiri, dengan alasan kalau malam hari tidak tahan mendengar suara gemuruh dan bau belerang yang menyengat," katanya. Di daerah tersebut sebenarnya tidak hanya terdengar suara gumuruh dan bau belerang yang menyengat, tetapi binatang-binatang yang ada di Merapi itu juga sudah banyak yang turun di perkampungan tersebut. "Pemerintah Kabupaten Boyolali berterima kasih kepada warga yang sadar akan bahaya Merapi.Sebab, apabila meletus sewaktu-waktu dan mereka melakukan pengungsian dengan inisiatip sendiri, kami tidak kesulitan untuk mengevakuasinya," kata nya serasa menambahkan, sebelumnya pihaknya memang telah menghimbau untuk semuanya mengungsi, karena daerah ini memang masuk daerah baya satu Merapi. Pemerintah Kabupaten Boyolali, dalam mengantisipasi,bila sewaktu-waktu merapi meletus, sekarang ini tidak hanya berkonsentrasi di Selo, tetapi juga daerah Kecamatan Musuk. "Sesuai aktivitas Merapi yang akhir-akhir ini, ternyata untuk daerah Musuk juga masuk daerah bahaya satu Merapi, maka kami sekarang juga berkonsentrasi untuk penyelamatan di daerah ini," kata Seno Samodra. Ia mengatakan, para pengungsi itu nantinya juga akan ditangani pemerintah setempat baik menyangkut logistik, tempat pengungsian, maupun yang lainnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006