Jakarta (ANTARA) - Mountrash, perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pengelolaan sampah, sampai pertengahan Februari 2021 telah berhasil mengumpulkan sampah plastik sebanyak 122,39 ton yang didominasi jenis polyethylene terephthalate/PET (botol kemasan air minum) sampai 85 persen.

Jika dikonversi ke dalam satuan (pcs), aplikasi besutan PT Mountrash Avatar Indonesia itu telah menyelamatkan sekitar 8 juta botol plastik yang menjadi sampah kemasan, kata Achmad Sugiarto, Advisory Board beberapa startup nasional dan juga Mountrash di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan berdasarkan data real time Mountrash (melalui www.mountrash.com) menunjukkan hanya sekitar 7,9 persen masyarakat yang sudah mulai memilah sampah, yaitu sampah plastik, organik, kertas, dan jenis sampah lainnya. Sementara itu, 92,1 persen masih mencampur sampahnya.

Di tengah Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada 21 Februari 2021, Mountrash sebagai startup nasional terus berjuang mendukung Indonesia Bersih untuk memutus mata rantai Covid-19.

Saat ini Mountrash sedang fokus mengakselerasi platform aplikasi pengepulan sampah. Aplikasi ini mulai mendata pengepulan secara real time sejak 20 Februari 2020 dan terus menyempurnakan UI/UX system trace & tracking peredaran sampah kemasan secara nasional.

Founder Mountrash Gideon Ketaren Wijaya menjelaskan sedang dan terus melakukan kampanye agar bisa tercipta Indonesia Bersih.

Selain itu, katanya, telah ada komunikasi dengan beberapa pemerintah daerah dan produsen kemasan, melibatkan ekosistem, yaitu dimulai dari partisipasi masyarakat di mana sampahnya dapat menjadi uang, dan kemudian didaur ulang oleh ekosistem yang terkait.

Dari volume sampah plastik yang telah berhasil diselamatkan, mayoritas didapat dari brand utama air mineral jenis PET 83,98 persen dan satu brand minuman lain dengan botol plastik jenis PP 12,30 persen.

"Keduanya menguasai 96 persen peredaran sampah plastik di ekosistem wilayah DKI, Bogor, Depok, Tangerang, Tangsel, Bekasi, Cikarang, serta Kebumen dan Tulungagung," ujar Gideon di sela-selsa diskusi dalam rangka memperingati HPSN.

Menurut dia, pengepulan sampah plastik dari jenis HDPE, LDPE, PS, dan PVC sangat sedikit dilakukan masyarakat ataupun komunitas pemulung karena sampah-sampah ini nilainya tidak ekonomis untuk didaur ulang dan banyak penggiat daur ulang skala UMKM tutup selama pandemi Covid-19.

Padahal, katanya, sampah jenis ini paling banyak digunakan untuk aktivitas dalam rumah tangga. Hal ini, menurutnya, harus menjadi perhatian serius pemerintah dan produsen sehingga mencegah terjadinya tuntutan pidana bagi pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).

“Tentunya niat baik Mountrash tidak bisa sendirian, harus datang secara sadar tanpa paksaan dari partisipasi masyarakat, pemerintah, produsen dan semua ekosistem yg terkait. Selamat datang era Indonesia Bersih,” tutur Gideon.
 

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021