Sekarang sudah berhenti total. Sebelum kenal sanggar ini susah sekali untuk sembuh
Jakarta (ANTARA) - Pemuda asal Desa Gitik Kecamatan Rogojampi Banyuwangi Moh Abdul Rohim berhasil lepas dari ketergantungan narkotik, obat-obatan, dan zat terlarang (napza) hanya melalui kesenian dalam grup sanggar seni tarian tradisional khas Banyuwangi.

"Sekarang sudah berhenti total. Karena banyak kegiatan kesenian, belajar not nada, sambil berjalan waktu akan hilang dengan sendirinya," kata Abdul Rohim saat ditemui usai menunjukkan pementasan sederhana di Desa Gitik Banyuwangi, Senin.

Rohim menceritakan dirinya yang pernah menyalahgunakan obat-obatan berupa pil merasa sangat sulit untuk lepas dari ketergantungan. Namun secara perlahan adiksi terhadap obat-obatan tersebut semakin memudar seiring disibukkannya dengan kegiatan kesenian.

Baca juga: Penyalahguna narkoba butuh dukungan psikososial keluarga

Dia mengaku awalnya mendapat kesulitan dalam melepaskan ketergantungan obat dengan berlatih menabuh gendang untuk mengiringi penari. Terlebih, lingkungan teman-temannya dari desa sebelah masih sering mengajak kumpul-kumpul tanpa kegiatan yang jelas.

Rohim yang berusia 22 tahun tersebut akhirnya lebih memilih untuk berlatih di Sanggar Seni Damar Kawitan Satrio Toto Sembodo di Dusun Sidorejo bersama kawan-kawannya yang juga merupakan mantan penyalahguna narkoba.

"Sekarang sudah berhenti total. Sebelum kenal sanggar ini susah sekali untuk sembuh," katanya. Bahkan Rohim mengaku dapat terlepas dari ketergantungan obat melalui seni tanpa harus menjalani rehabilitasi lebih dulu oleh tenaga kesehatan.

Baca juga: KPAI: rehabilitasi anak penyalahguna narkoba harus libatkan ortu

Alasan kuat lainnya Rohim lebih memilih berlatih di sanggar seni adalah bisa mendapatkan penghasilan sendiri dari pertunjukkan tari. Dia mengucapkan sering mendapat tawaran pertunjukkan untuk tampil di acara hajatan warga sekitar dengan bayaran yang ala kadarnya.

"Tanggal 2 nanti mau ditanggap dari desa sebelah. Kami biasanya ndak pasang tarif, tapi lumayan bisa dapat Rp50 ribu seorang," ungkap Rohim.

Muliyono, seorang pembimbing Sanggar Seni Damar Kawitan Satrio Toto Sembodo kini telah memiliki 10 orang anggota dari kelompok tarinya. Dari 10 orang tersebut, sembilan orang merupakan mantan penyalahguna narkoba layaknya Rohim.

Muliyono yang dulunya juga pernah menyalahgunakan narkoba memahami terapi dengan kesibukan berupa kesenian dapat menghilangkan ketergantungan obat. Oleh karena itu Mulyono dipercaya oleh Puskesmas Gitik Banyuwangi untuk membantu teman-teman penyalahguna narkoba untuk lepas dari ketergantungan dan menghindari gangguan kejiwaan akibat adiksi napza.

Kepala Program Kesehatan Jiwa Puskesmas Gitik Banyuwangi Eko Budi mengatakan pelayanan kesehatan medis untuk penyalahguna narkoba dan kesehatan jiwa diberikan melalui Puskesmas dengan obat-obatan. Namun terapi obat-obatan tersebut juga dibarengi dengan terapi lain seperti kegiatan kesenian serta pemberdayaan masyarakat.

Baca juga: Menkumham: penyalahguna narkoba harus direhabilitasi bukan masuk LP
Baca juga: Ahli : penyalahguna dan pencandu narkoba dijamin direhabilitasi
Baca juga: BNNP Sulut terapkan dua cara rehabilitasi penyalahgunaan Narkotika


Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019