Mungkin versi sebelumnya hasil toleransi dengan penerbit, tapi yang ini murni asli versi Andrea Hirata
Jakarta (ANTARA) - Lama tidak terdengar kabarnya ternyata penulis ternama Tanah Air Andrea Hirata sedang disibukkan dengan proyek terbarunya yakni mempersiapkan buku Laskar Pelangi untuk cetakan ke-50.

"Buku ini rencananya akan terbit pada Oktober mendatang," ujar Andrea di Jakarta, Selasa.

Laskar Pelangi pertama kali diluncurkan pada 2005. Buku tersebut menceritakan tentang kehidupan dari 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah di Sekolah Muhammadiyah, Belitung.

Setiap tahun, kata Andrea, setidaknya novel tersebut dua kali hingga tiga kali cetak. Menurut dia, hal itu menunjukkan tingginya minat baca masyarakat meskipun saat ini teknologi berkembang pesat dan banyak yang menyangsikan penerbitan buku mengalami kemunduran.

"Tapi nyatanya tidak, Laskar Pelangi bisa mencapai cetakan ke-50," kata dia.

Baca juga: Andrea Hirata belum mau filmkan novel barunya meski ditawar mahal

Baca juga: Membaca "Sirkus Pohon", menyimak atraksi kehidupan

 

Siswa SMN Sultra sekolah di SD Muhamadiyah Gantong



Laskar Pelangi cetakan ke-50 tersebut, kata dia, berbeda dengan sebelumnya. Andrea menyebut ia meringkasnya dari 400 halaman menjadi 200 halaman.

Buku Laskar Pelangi, kata dia, sebenarnya tidak cocok untuk anak sekolah karena metafora yang terlalu tinggi. Laskar Pelangi dibaca siswa kelas tiga SD hingga dikaji oleh profesor di kampus. Oleh karena itu, untuk versi cetakan terbaru itu, ia menyederhanakannya.

Ada lima buku yang akan terbit sekaligus yakni Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Buku Besar Peminum Kopi, Ayah dan Sirkus Pohon, dan Orang-orang biasa. Buku-buku tersebut sebelumnya pernah diterbitkan, namun akan diterbitkan kembali sesuai dengan aslinya.

"Buku Sang Pemimpi, seharusnya hanya satu tapi kemudian oleh penerbit diminta jadi buku, maka jadilah Sang Pemimpi dan Edensor."

Andrea menyebut buku-buku yang akan diluncurkan itu merupakan edisi aslinya atau original dari dirinya, bukan hasil kompromi dari penerbit. Ia menyebutnya hal itu sebagai proyek idealisme.

"Mungkin versi sebelumnya hasil toleransi dengan penerbit, tapi yang ini murni asli versi Andrea Hirata," kata dia lagi.*

Baca juga: Laskar Pelangi dalam ancaman

Baca juga: Mencari inspirasi di "Museum Kata Andrea Hirata"

 

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019