Inti apa pun daripada ekonomi ialah nilai tambah, dari kain menjadi baju, dari terigu menjadi kue, dari kayu menjadi kursi. Jadi mesti ada yang membuat itu. Tidak bisa hanya dengan modal 'gadget', satu komputer, bisa jadi pengusaha. Tidak bisa."
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong generasi milenial Indonesia untuk tidak hanya mengembangkan usaha rintisan atau start-up business di bidang perdagangan elektronik, tetapi harus memiliki nilai tambah dengan meningkatkan produksi dalam negeri.

"Sehebat apa pun platform-nya, kalau tidak ada yang dijual, apalah artinya? Jadi harus ada produk fisik. Jangan mempunyai pikiran bahwa semua start-up itu dengan platform saja; harus ada yang memajukan produksi," kata Wapres JK saat menghadiri Gerakan Nasional 1.000 Start-Up Digital di Istora Senayan Jakarta, Minggu.

Baca juga: Jusuf Kalla ajak pemuda bangun negeri lewat startup

Baca juga: 6.600 perusahaan pemula ramaikan Indonesia Startup Summit 2019

Baca juga: Forum Pembangunan Indonesia bahas lapangan kerja usaha rintisan

Baca juga: Kemenperin gencar cetak "start-up" sektor kerajinan dan batik


Usaha rintisan memang menjadi salah satu penggerak ekonomi Indonesia karena adanya perubahan perilaku di era disrupsi. Namun, beberapa usaha rintisan dengan nilai kapitalisasi besar atau unicorn di Indonesia saat ini dikuasai oleh start-up business di bidang pelayanan dan belum diimbangi dengan peningkatan produksi komoditas dalam negeri.

"Bukalapak dan Tokopedia itu kan anda tidak punya toko benaran kan? Hanya suruh orang jualan, artinya itu hanya platform. Jadi harus ada yang berpikir bagaimana membikin biskuit, baju, buah-buahan. Harus ada faktor nyatanya, fisiknya," jelasnya.

Wapres mengingatkan kepada milenial bahwa marketplace hanyalah sebuah cara untuk menjual suatu produk, namun sebagian besar barang yang dijual justru bukan produksi dalam negeri. Oleh karena itu, JK mengingatkan kepada seluruh pelaku start-up business untuk tidak melupakan kegiatan produksi dalam negeri guna semakin meningkatkan nilai.

"Inti apa pun daripada ekonomi ialah nilai tambah, dari kain menjadi baju, dari terigu menjadi kue, dari kayu menjadi kursi. Jadi mesti ada yang membuat itu. Tidak bisa hanya dengan modal 'gadget', satu komputer, bisa jadi pengusaha. Tidak bisa," ujarnya.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019