Harga Daging Naik, Pedagang Pacitan Kurangi Omzet
Kamis, 22 November 2012 17:42 WIB
Pacitan - Sejumlah pedagang daging di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur mulai mengurangi omzet jualannya hingga kisaran 30 persen demi mengantisipasi kenaikan harga bahan baku lauk berkalori tinggi tersebut selama dua pekan terakhir.
Mira, salah seorang pedagang di Pasar Arjowinangun, Kota Pacitan, misalnya, mengungkapkan jika saat ini dia hanya berani menjajakan daging sapi sebanyak 10-an kilogram.
"Omzet ini jauh menurun karena biasanya saya menjajakan daging tidak pernah kurang dari 15 kilogram," ujarnya, Kamis.
Pengakuan serupa diungkapkan Kayatin, pedagang daging lain di lapak berbeda. Seperti halnya pedagang lain di dalam area pasar maupun di toko/warung jagalan, kenaikan harga daging yang menembus kisaran Rp90-an ribu perkilogram telah mempengaruhi daya beli masyarakat.
Mira maupun Suyatin kini hanya mengandalkan pembelian daging oleh pedagang/pemilik warung makan, karena kebutuhan mereka akan bahan baku lauk-pauk maupun untuk sayur makanan ini cenderung stabil.
Kondisi sebaliknya terjadi pada pelangganm rumahan ataupun perorangan yang mengalami penurunan cukup drastis semenjak terjadi lonjakan harga daging sapi.
"Kebanyakan pembeli memilih bahan baku lauk nondaging sapi karena harganya lebih terjangkau namun masih memiliki kadar gizi tinggi, seperti ikan laut, tahu-tempe, ataupun daging ayam," timpal Yujum, pembeli di Pasar Arjowinangun.
Harga daging sapi kwalitas baik atau super, misalnya, saat ini tercatat mencapai Rp90 ribu per kilogram, naik Rp5 ribu dari harga sebelunya yang dipatok Rp85 ribu per kilogram.
Sementara untuk jenis daging kwalitas menengah, harganya naik dari sebelumnya Rp80 ribu per kilogram menjadi Rp85 ribu per kilogram.
Menurut keterangan dinas perdagangan setempat, kenaikan harga daging terswebut merupakan imbas dari kenaikan harga sapi di pasaran.
Karena harga sapi mahal, para jagal (pemotong) mengurangi jumlah ternak yang disembelih untuk dijual ke padagang, sehingga pasokan daging di pasar ikut terganggu.
"Mereka mengurangi pemotongan, karena harga sapi mahal," kata seorang petugas pasar Arjowinangun. (*)