Ponorogo, Jawa Timur (ANTARA) - Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, merespons serangan hama wereng yang menyerang lahan pertanian dengan menyalurkan 300 liter pestisida ke sejumlah kelompok petani sebagai langkah pengendalian dini.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dipertahankan Ponorogo Suwarni di Ponorogo, Minggu, mengatakan hingga pekan ini tercatat seluas 89,79 hektare lahan terdampak serangan hama wereng, dengan 2,6 hektare di antaranya mengalami gagal panen atau puso.
"Langkah-langkah pengendalian langsung dilakukan begitu laporan diterima. Tim kami langsung turun ke lapangan untuk mendata dan menyalurkan pestisida secara gratis kepada petani," kata Suwarni.
Menurut dia, cuaca yang tidak menentu menjadi faktor utama munculnya populasi wereng, yang berkembang pesat saat suhu berganti ekstrem.
Kendati demikian, mayoritas lahan terdampak berada dalam kategori rusak ringan dan masih berpotensi diselamatkan.
"Penyemprotan harus dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya di permukaan daun, tetapi juga hingga ke batang bawah agar lebih efektif membasmi hama," ujarnya.
Suwarni menyebut hingga saat ini serangan wereng terpantau di sembilan kecamatan, yakni Kauman, Ponorogo, Babadan, Badegan, Sukorejo, Jambon, Siman, Jenangan, dan Sambit.
Koordinasi aktif dengan kelompok tani terus dilakukan agar upaya pengendalian lebih cepat dan terarah.
Dipertahankan juga memastikan ketersediaan pestisida masih mencukupi untuk mendukung pengendalian lanjutan.
Selain itu, penyuluh pertanian di masing-masing wilayah diterjunkan untuk memberikan pendampingan dan edukasi langsung kepada petani.
"Kami pastikan ketersediaan pestisida tetap aman. Tim teknis kami juga terus memberikan pendampingan agar petani tidak panik dan tahu cara penanganannya," tegas Suwarni.
Ia menambahkan, secara keseluruhan ketahanan pangan Ponorogo tetap aman.
Luas tanam padi per musim di kabupaten ini mencapai sekitar 30 ribu hektare, sehingga serangan wereng masih bisa tertangani dalam skala terbatas.
"Yang terpenting adalah respons cepat. Dengan kolaborasi petani dan dinas, kita optimistis kerusakan dapat ditekan dan panen tetap maksimal," pungkasnya.
