Situbondo (ANTARA) - Mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan (Kemenbud), Sanggar Seni Nusantara Rhytem Situbondo, Jawa Timur sukses menciptakan karya musik dengan judul Mesem atau senyum dan menjadi simbol kesetaraan.
Founder Nusantara Rhytem Situbondo sekaligus pencipta lagu Mesem, Ali Gardy Rukmana mengemukakan bahwa memaknai mesem (bahasa Madura) atau senyum sebagai bahasa universal.
"Dimana setiap orang dengan latar belakang bahasa apapun, termasuk ifabel maupun non-difabel pasti mengerti arti dari senyum," ujarnya usai peluncuran karya musik Mesem yang dihadiri seniman dan kaum disabilitas di salah satu kafe di Situbondo, Jumat.
Lirik lagu Mesem ini membangun konsep kesetaraan dan tentang organologi bunyi. Karya musik berjudul Mesem dari Sanggar Seni Nusantara Rhytem yang terus mengampanyekan budaya nusantara di bidang instrumen musik tradisional ini dipersembahkan khusus kepada kaum disabilitas.
"Munculnya ide untuk menggarap karya musik ini berangkat dari kesadaran kami bahwa ada teman difabel yang tidak bisa mendengar seperti yang kita dengar, tapi dengan senyum siapapun memahaminya. Ada difabel netra yang tidak bisa melihat seperti yang kita lihat. Ada difabel fisik yang tidak bisa memegang sesuatu atau melangkah jauh seperti orang normal lainnya," katanya.
Ali Gardy menyampaikan senyum itu ibarat sebuah mantra yang paling mudah, karena tanpa mengeluarkan kata-kata, hanya mengeluarkan gerak bibir dan mudah dilakukan oleh semua orang. Mesem ini adalah konteks yang kami bangun untuk saling berbagi energi dengan siapa saja tanpa terkecuali," kata musisi asal Desa/ Kecamatan Jangkar, Situbondo itu.
Ali Gardy menceritakan karya musik ini lahir ketika pandemi pada 2021 dan ketika itu bentuknya masih instrumental. "Kami mainkan pada festival musik alam di Tanjung Selor, Kalimantan Utara. Di momentum itu adik saya satu-satunya meninggal karena kecelakaan," tuturnya.
Setelah peristiwa itu, Ali Gardy cukup lama tidak memainkan karyanya, sehingga memperlambat proses penyelesaian karya musik berjudul Mesem tersebut. "Teman-teman saya yang melanjutkan proses pembuatannya dan saya tinggal menyempurnakan saja," kata Ali Gardy.
Ia berharap lagu ini bisa menjadi alternatif seperti lagu D'Masiv dinyanyikan bersama-sama oleh masyarakat Indonesia dengan membawa misi kesetaraan, tidak ada perbedaan antara difabel dan nondifabel.
Ketua Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS) Luluk Ariyantiny mengapresiasi dengan karya musik berjudul Mesem, karena bait-baitnya meskipun sederhana, tapi sangat mengena.
"Kami berharap ke depan akan muncul lagi seniman lainnya menciptakan karya seni yang bisa dinikmati semua kalangan, termasuk kaum disabilitas," ujarnya.