Surabaya (ANTARA) - Dosen Universitas Ciputra (UC) Surabaya, Dr. Shienny Megawati Sutanto, S.Sn., M.M., M.Ds., memperkenalkan budaya Tionghoa-Indonesia melalui karya terbarunya berupa novel fantasi berjudul "Warisan Dua Dunia", yang diluncurkan bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh.
"Novel ini mengangkat tradisi Lontong Cap Go Meh sebagai bagian dari upaya memperkenalkan kekayaan budaya peranakan kepada generasi muda," kata Shienny di Surabaya, Selasa.
Tidak seperti karya-karya sebelumnya yang banyak terinspirasi dari budaya populer Barat dan Jepang, kali ini Shienny memilih untuk mengeksplorasi warisan budaya yang ia alami sejak kecil.
“Menulis budaya itu tidak bisa cepat, butuh waktu dan riset yang dalam agar penyajiannya terasa menyatu dan tidak menggurui,” katanya.
Novel "Warisan Dua Dunia" juga menjadi bagian dari proses disertasinya dalam program doktoral, yang mulai ia jalani sejak memasuki semester tiga pada tahun 2022. Proses penelitian dan penulisan novel ini rampung pada Juni 2024.
Dalam novel ini, Shienny terinspirasi oleh Klenteng Hok An Kiong di Surabaya yang menjadi bagian penting dalam masa kecilnya.
Unsur-unsur budaya Tionghoa, termasuk kepercayaan, arsitektur, hingga simbol shio, dihadirkan secara mendalam dan menyatu dengan alur cerita fantasi.
“Ilustrasi bangunan klenteng cukup rumit, karena harus akurat sekaligus selaras dengan gaya kartun yang saya usung. Menggabungkan elemen nyata dan fiksi itu tidak mudah,” ujarnya.
Sebagai ilustrator, Shienny turut menggambar 18 ilustrasi dalam novel tersebut, termasuk penggambaran ke-12 shio yang diakuinya sebagai tantangan tersendiri. E-book novel disajikan dalam format berwarna, sementara versi cetaknya hadir dalam hitam-putih.
Shienny merupakan penulis produktif yang telah melahirkan 10 novel fiksi sejak tahun 2010. Sebelumnya, ia aktif membuat komik sebelum beralih ke penulisan novel karena keterbatasan waktu dalam menggambar ilustrasi.
Di tengah kesibukannya sebagai pengajar, ia tetap menjaga disiplin dalam menyelesaikan karya dengan mengatur jadwal secara mandiri.
Salah satu karyanya yang populer sebelumnya adalah seri "Thermelian", dan kini ia berharap "Warisan Dua Dunia" dapat menjadi jembatan bagi generasi muda untuk lebih mengenal budaya Tionghoa-Indonesia.
“Dengan novel fantasi, saya ingin mengajak pembaca memahami budaya lewat cerita yang menyenangkan. Harapannya, budaya Tionghoa yang kaya ini bisa lebih dikenal luas,” katanya.