Surabaya (ANTARA) - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono menyatakan masyarakat dapat meneladani perjuangan sosok Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto untuk mewujudkan kemandirian ekonomi yakni salah satunya melalui koperasi.
"Kemandirian ekonomi yang diperjuangkan oleh HOS Tjokroaminoto apabila direplikasi dalam kehidupan saat ini sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi,” kata Ferry Juliantono saat mengunjungi rumah HOS Tjokroaminoto di Surabaya, Jawa Timur, Jumat.
Ferry menuturkan berkat pemikiran besar HOS Tjokroaminoto untuk menciptakan kemandirian ekonomi melalui gerakan Sarekat Islam yang sebelumnya Serikat Dagang Islam maka ideologi tentang gerakan serikat buruh Indonesia masih diaplikasikan hingga saat ini.
Ia menilai kemandirian ekonomi yang diperjuangkan oleh HOS Tjokroaminoto tersebut apabila direplikasi dalam kehidupan saat ini sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi.
Hal itu lantaran koperasi juga menganut sistem kemandirian yang diperjuangkan bersama-sama oleh seluruh anggota koperasi.
Melalui gerakan bersama diharapkan koperasi dapat menjadi wadah yang ideal dalam mendorong peningkatan kesejahteraan anggota tanpa intervensi dari berbagai pihak.
"Kita harus melanjutkan perjuangan dan cita-citanya untuk mewujudkan kedaulatan sebuah negara dengan prinsip-prinsip yang dimilikinya,” ujar Ferry.
Dalam kunjungan Wamenkop ke rumah HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh Gang VII Nomor 29-31 Kota Surabaya yang kini menjadi museum tersebut, ia terkesan dengan jejak-jejak peninggalan sejarah masa lalu.
Jejak peninggalan sejarah tersebut menggambarkan solidnya tekad para pahlawan dan pendiri bangsa dalam upaya mewujudkan Kemerdekaan Indonesia.
Berawal dari rumah yang tidak terlalu luas ini, HOS Tjokroaminoto konsisten mengajar dan berdiskusi dengan para aktivis muda yang salah satunya adalah Proklamator Kemerdekaan Ir. Soekarno.
Sementara gerakan Sarekat Islam yang dipimpin Tjokroaminoto bersama Samanhudi sebagai ketua menjadi sebuah organisasi besar yang sangat disegani oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Bahkan karena dianggap menjadi sebuah ancaman terhadap stabilitas politik dan ekonomi penjajah pada akhirnya organisasi itu dibatasi anggotanya.
"Dari rumah itu muncul pikiran-pikiran besar untuk membangun pemerintahan sendiri dan keinginan untuk menciptakan kemandirian secara ekonomi,“ kata Ferry.