Lahan Pertanian di Pacitan Mulai Kesulitan Air
Jumat, 15 Juni 2012 19:36 WIB
Pacitan - Ribuan hektare lahan pertanian di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur saat ini mulai kesulitan air seiring datangnya musim kemarau beberapa pekan terakhir.
"Memang benar, ada sekitar 7.758 hektare lahan pertanian di sekitar Sungai Grindulu yang saat ini terancam kekeringan," kata Kabid Pengairan Dinas Bina Marga dan Pengairan Pacitan, Ispur Hadiseno, Jumat.
Ia menyebutkan, potensi kekeringan pada sebagian besar lahan pertanian di daerahnya disebabkan oleh menurunnya debit air Sungai Grindulu yang menyebabkan distribusi/pasokan untuk persawahan juga menurun drastis.
"Sekarang ini debit air tinggal sekitar dua meter kubik per detik. Jumlah itu, lebih rendah dibandingkan beberapa bulan sebelumnya yang mencapai 200 meter kubik per detik," ungkapnya memberi gambaran perbandingan.
Akibatnya, banyak petani di wilayah Kecamatan Tegalombo, Arjosari, dan Pacitan yang memilih bergeser menanam palawija. Mereka enggan menanam padi karena potensi gagal panen terlalu besar apabila tidak diimbangi pasokan air yang stabil.
Selain di tiga wilayah kecamatan tersebut, kondisi serupa juga terjadi di daerah aliran Sungai Lorok. Saat ini, sebagian besar petani di wilayah Kecamatan Tulakan, Kebonagung, dan Pacitan menanam jagung.
Peralihan komoditas pertanian itu biasa dilakukan di setiap musim tanam ketiga setiap tahunnya, seperti, jagung, kedelai, dan ketela.
Tak hanya dihadapkan pada turunnya debit air, pada saat musim penghujan warga juga dihadapkan pada ancaman erosi di sepanjang DAS Grindulu. Kondisi tersebut terjadi karena rusaknya DAS akibat munculnya perladangan oleh warga.
Dampak yang paling terasa akibat kegiatan itu adalah semakin berkeloknya aliran sungai saat musim penghujan. "Karena saat penghujan aliran air terhambat ladang dadakan itu," terang Ispur.
Tak hanya dihadapkan pada turunnya debit air, pada saat musim penghujan warga juga dihadapkan pada ancaman erosi di sepanjang DAS Grindulu.
Kondisi tersebut terjadi karena rusaknya DAS akibat munculnya perladangan oleh warga. Dampak yang paling terasa akibat kegiatan itu adalah semakin berkeloknya aliran sungai saat musim penghujan. "Karena saat penghujan aliran air terhambat ladang dadakan itu," kata Ispur.( *)