Pasuruan, Jawa Timur (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, akan meningkatkan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) kepada masyarakat terkait jual beli sapi ternak sebagai buntut dari naiknya kasus Penyakit Mulut dan Kulit (PMK) di Pasuruan.
"Sapi-sapi yang diperjualbelikan masyarakat harus sehat dan disertai surat sehat," kata Kepala Disnakkeswan Kabupaten Pasuruan Ainur Alfiyah kepada ANTARA di Pasuruan, Selasa.
Alfiyah menegaskan hingga saat ini pihaknya akan mempertimbangkan hasil tes lab yang menyatakan bebas dari PMK bagi sapi-sapi yang akan masuk ke Pasuruan baik melalui pasar hewan maupun dari jalur lain.
"Jika perlu, hewan yang diperjualbelikan harus disertai hasil lab," kata Alfiyah.
Dari data yang dikonfirmasi ANTARA melalui Disnakkeswan, sejak awal merebaknya kasus PMK di Pasuruan pada Desember 2024 lalu hingga hari ini terdapat 16 sapi yang meninggal dari 458 kasus yang tercatat.
Selama Januari hingga hari ini saja, Disnakkeswan mencatat ada 115 kasus PMK baru di wilayah Kabupaten Pasuruan.
Dari 115 kasus tersebut, sebanyak 91 ekor sapi masih dinyatakan sakit sedangkan 17 ekor di antaranya dinyatakan sembuh, serta tujuh sapi mati.
Alfiyah melalui data yang dibagikan menjelaskan bahwa sebaran kasus terbanyak berada di wilayah Kecamatan Prigen dengan 32 kasus sedangkan tujuh kematian sapi yang tercatat berada di Kecamatan Grati.
Penyakit PMK di Kabupaten Pasuruan menurut Alfiyah berhasil merebak kembali disebabkan oleh faktor pergantian cuaca dengan intensitas hujan yang tinggi setiap harinya.
Hingga berita ini ditulis, Alfiyah mengkonfirmasi kepada ANTARA bahwa keseluruhan sapi yang terjangkit PMK merupakan jenis sapi potong untuk konsumsi.
"Hingga saat ini belum ada laporan atas sapi perah yang terjangkit PMK," kata Alfiyah.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasuruan akan menutup sementara seluruh pasar hewan di daerah Pasuruan selama 14 hari terhitung sejak 16 hingga 29 Januari mendatang.
Kebijakan ini dilakukan Pemkab semata-mata untuk menekan laju virus PMK yang ditengarai berasal dari hewan ternak di luar Kabupaten Pasuruan yang masuk ke daerah Pasuruan melalui pasar-pasar hewan di wilayah Pasuruan yang sangat berpotensi menularkan penyakit.