60 Titik di Bantaran Brantas Rusak karena Penambangan Pasir
Jumat, 11 November 2011 16:20 WIB
Kediri - Sedikitnya ada 60 titik di bantaran Sungai Brantas wilayah Perum Jasa Tirta Asa II Kediri yang rusak disebabkan penambangan pasir.
"Kerusakan terdata sejak 2009 lalu sampai sekarang. Lokasi itu berupa tanggul, jembatan, dan bangunan umum lainnya. Kondisi kerusakan ada yang ringan, sedang, bahkan kritis," kata Kepala Sub Direktorat Divisi Jasa Air, Perum Jasa Tirta Asa II Kediri, Sugianto di Kediri, Jumat.
Ia menyebut, dari 60 titik itu, dua di antaranya kritis, yaitu tebing di Sungai Brantas yang terletak di Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, tepatnya di Desa Purwodadi serta tebing di Desa Mranggen.
Sugianto mengungkapkan, saat ini kondisi kedua tebing itu sudah menggantung hingga rawan terjadi longsor. Bukan hanya mengikis tanah milik warga, tapi juga perumahan warga. Hal itu nampak di tebing yang terletak di Desa Mranggen, di mana jarak antara tebing dengan perumahan warga sudah cukup dekat, hanya 5 meter saja.
Ia khawatir, warga menjadi korban jika longsor terjadi. Terlebih lagi saat ini sudah masuk musim hujan, di mana intensitas hujan cukup tinggi. Selain itu, debit air di Sungai Brantas juga lebih tinggi.
"Hujan tentunya cukup berpengaruh. Derasnya air bisa mengikis bantaran sungai, hingga bisa menyebabkan longsor," ucapnya.
Pihaknya terus koordinasi dengan pemerintah daerah setempat serta warga di sekitar lokasi tebing yang rawan longsor. Ia berharap, warga bisa mengerti dan waspada, terutama saat hujan terjadi, agar meninggalkan rumah. Hal itu sebagai antisipasi, jika longsor terjadi sewaktu-waktu, hingga bisa meminimalisasi korban jiwa.
Ia juga menyesalkan dengan masih maraknya aksi penambangan pasir di bantaran Sungai Brantas terutama Perum Jasa Tirta Asa II Kediri, mulai dari Desa Jeli, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung, sampai Desa Turipinggir, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang.
Menyinggung tentang penurunan dasar sungai, Sugianto menyebut, hingga kini penurunan dasar sungai yang disebabkan aktivitas penambangan pasir semakin parah. Dari pengamatan terakhir sekitar 2008 terjadi penurunan antara 8-9 meter. Jika dibiarkan, penurunan ini tentunya semakin lebar.
Untuk mengantisipasi adanya bencana, seperti longsor di tebing bantaran Sungai Brantas, Sugianto menyebut sudah mempersiapkan perlengkapan, seperti beronjong kawat, karung, serta beberapa perlengkapan lainnya.
Namun, ia mengatakan belum memperbaiki tanggul yang kritis tersebut. Cuaca yang hujan membuat pihaknya kesulitan untuk memperbaiki tanggul, hingga yang dilakukan saat ini mempersiapkan perlengkapan untuk mencegah longsor semakin melebar. (*)