Gunung Marapi Sumbar Kembali Semburkan Abu Vulkanik
Selasa, 27 September 2011 9:22 WIB
Padangpanjang - Gunung Marapi di Kabupaten Tanahdatar dan Agam, Sumatera Barat kembali menyemburkan abu vulkanik, Selasa.
Pantauan ANTARA di Kota Padangpanjang, salah satu gunung api aktif di Sumatera Barat itu kembali mengeluarkan abu vulkanik, Selasa sekitar pukul 07.00 WIB.
Seorang warga Kota Padangpanjang Samsul Bahri mengatakan, abu kali ini terlihat berintesitas sedang jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.
"Hampir setiap hari Gunung Marapi mengeluarkan abu vulkanik. Meski demikian warga yang berada tidak jauh dari lokasi gunung yang berketinggian 2.891 meter dari permukaan laut tersebut tidak merasa resah," katanya.
Gumpalan asap hitam tersebut, kata dia, terlihat menipis dan tingginya juga telah berkurang dari biasanya yang diperkirakan mencapai 70 meter.
Dia menyebutkan, gumpalan asap hitam keluar tidak lama, hanya sekitar delapan menit untuk kemudian disusul asap putih.
"Asap putih yang keluar dari gunung setelah asap hitam itu juga tidak begitu lama, hanya sekitar 10 sampai 15 menit," katanya.
Gumpalan asap hitam disusul asap putih berasal dari kawah gunung, tidak lagi terlihat setelah puncak gunung itu tertutup kabut sekitar pukul 08.00 WIB.
Abu vulkanik yang baru disemburkan Gunung Marapi itu mengarah ke Kabupaten Tanahdatar mengingat angin bertiup ke arah timur.
Warga Kota Padangpanjang lainnya, Joni Aldo, mengatakan, warga setempat setiap pagi hari sering melihat gunung itu mengeluarkan asap bahkan disertai abu vulkanik.
"Sejak aktivitas gunung meningkat sebulan yang lalu, hampir tiap hari asap hitam menggumpal dari kawah gunung, namun kondisi itu belum mengakibatkan warga khawatir," katanya.
Bahkan, kata dia, warga sekitar Gunung Marapi malah senang dengan adanya aktivitas gunung api itu dengan mengeluarkan abu vulkanik.
"Warga malah senang dengan sering keluarnya debu vulkanik yang bercampur belerang tersebut, karena selain bisa menyuburkan tanah, kondisi itu biasanya akan memperlancar aktivitas Gunung Marapi," katanya.
Ia mengatakan, kecemasan masyarakat akan timbul apabila gunung itu tidak menunjukkan aktivitasnya sebagai salah satu gunung api yang aktif.
Ia mengatakan, kalau aktivitas gunung tidak ada, lubang kawah akan mengecil dan bahkan bisa tertutup, sehingga jika sewaktu-waktu beraktivitas sangat berbahaya dan bisa menghancurkan daerah sekeliling.
"Kita yang takut kalau tidak mengeluarkan debu vulkanik yang bercampu belerang, karena tidak lancarnya aktivitas gunung api akan bisa menyumbat lubang kawahnya, sehingga sesekali aktivitasnya naik bisa dalam skala besar yang berakibat fatal terhadap masyaraat sekitar gunung," katanya.
Hingga saat ini, kata dia, aktivitas masyarakat di sekitar Gunung Marapi masih normal, sedangkan imbauan dari pihak terkait untuk memberhentikan aktivitas terkait letusan beserta semburan debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Marapi belum ada.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Padangpanjang Bustami Narda mengimbau, meskipun aktivitas Gunung Marapi belum ada yang membahayakan terhadap masyarakat, mereka diharapkan tetap meningkatkan kewaspadaan.
"Bencana bisa datang kapan saja, sehingga diharapkan masyarakat selalu meningkatkan kewaspadaan, apa lagi beberapa bulan terakhir aktivitas Gunung Marapi mengalami peningkat," katanya.
Gunung Marapi terakhir kali meletus pada 2005 sedangkan Kota Padangpanjang merupakan salah satu daerah evakuasi.
Saat kondisi aktif normal, gunung yang berdampingan dengan Gunung Singgalang dan Tandikek itu selalu menjadi tujuan aktivitas pendakian dari pendaki baik dalam maupun luar Sumatera Barat. Setiap pergantian tahun, gunung itu selalu ramai oleh pendaki.
Akses pendakian Gunung Marapi relatif mudah dicapai. Titik awal pendakian di Kotobaru, Tanahdatar dengan lama perjalanan dari Kota Padang menuju Kotobaru sekitar 1,5 jam.