Dinkes Kabupaten Kediri Pantau Kesehatan Pasien TBMDR
Senin, 29 Agustus 2011 13:24 WIB
Kediri - Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, memantau kesehatan pasien "TBMDR" (Tuberculosis-Multidrug Resistant Tuberculosis), untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
"Di Kediri, kami kemarin temukan ada satu penderita TBMDR. Kami harus tetap pantau kesehatannya, karena pengobatan penyakit ini lebih sulit," kata Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (P2ML) Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Nur Munawaroh di Kediri, Senin.
Ia mengatakan, kuman yang menularkan penyakit TBMDR ini sudah kebal dengan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit TBC pada umumnya. Bahkan, jika menular pun, pasien yang tertular dipastikan juga akan kebal dengan obat yang disediakan.
Nur mengungkapkkan, temuan pasien itu berlangsung pada Juli 2011 lalu. Awalnya, pria yang diketahui berasal dari Desa Tiron, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, itu sudah sakit TBC saat bekerja di Papua. Ia sempat mendapatkan perawatan, namun belum tuntas dan pulang kembali ke Kabupaten Kediri.
Di kabupaten, ia kemudian menjalani pemeriksaan, namun setelah di cek, ternyata penyakit TBC yang dideritanya positif menjadi TBMDR, hingga ia dirujuk ke Rumah Sakit dr Sutomo, Surabaya, yang memang dikhususkan sebagai rujukan untuk penanganan TBMDR.
"Ia menjalani pengobatan mulai tanggal 16 Agustus lalu, dan hingga kini masih di Surabaya. Tapi, ia minta segera pulang, padahal pengobatan belum maksimal," ucapnya.
Nur menyebut, proses pengobatan penyakit TBMDR ini lebih rumit daripada pengobatan penyakit TBC pada umumnya. Jenis obat yang dikonsumsi juga lebih banyak, hingga 12 obat tiap kali minum. Seluruh obat itu harus dikonsumsi maksimal tiga jam dan berlangsung tiga kali dalam sehari hingga enam bulan. Jika kambuh, pengobatan akan berlangsung lebih lama, hingga delapan bulan.
Ia mengatakan, temuan TBMDR itu masih satu di Kabupaten Kediri. Ia justru khawatir, masih banyak pasien TBMDR yang tidak terpantau, karena saat pengobatan mereka tidak memanfaatkan tenaga medis di puskesmas maupun rumah sakit milik pemerintah.
Hingga kini, pihaknya juga belum bisa memenuhi target temuan. Pada 2009 lalu, pihaknya hanya menemukan 619 pasien dari perkiraan 1.642 pasien, sementara pada 2010 hanya menemukan 737 pasien dari perkiraan 1.655 pasien. Sementara itu, hingga Juni 2011 ini, masih ditemukan 440 pasien yang diketahui positif menderita TBC.
"Khawatirnya, justru ada lebih dari itu dan tidak terpantau. Kalau yang terpantau di kami, dia pasti periksa di puskesmas atau rumah sakit milik pemerintah. Tapi, kalau yang di swasta kami kesulitan pantau," papar Nur.
Ia hanya berharap, temuan kasus TBC di Kabupaten Kediri bisa naik daripada tahun-tahun sebelumnya. Ia juga berharap, temuan kasus TBMDR di kabupaten juga bisa secepatnya ditemukan, hingga bisa dilakukan pengobatan.