Mojokerto (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, bersama dengan Universitas Surabaya (Ubaya) berkolaborasi mengembangkan wisata sejarah tentang arkeologi dan budaya yang ada di Gunung Penanggungan.
Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati di Mojokerto, Sabtu mengatakan pihaknya sangat konsen untuk peningkatan pengetahuan budaya dan arkeologi di Gunung Penanggungan.
"Bukan kali pertama karena sebelumnya saya sudah pernah masuk ke dalam museum ini, tetapi saat itu kondisinya belum sempurna seperti ini," katanya di sela peresmian Museum Pawitra di Ubaya Integrated Outdoor Campus di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur.
Ia menambahkan, dalam museum tersebut banyak gambaran tempat untuk mendapatkan informasi peninggalan zaman Majapahit dan sebelumnya dengan Gunung Penanggungan sebagai tempat sejarah.
"Bukan hanya informasi tetapi pusat inovasi kreativitas pekerja seni di Mojokerto bisa bangkitkan kembali sejarah," katanya.
Ia mengatakan, untuk pengembangan ke depan pihaknya sudah melakukan kerja sama termasuk di dalamnya dari Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto untuk mengajak siswa datang ke museum tersebut.
"Termasuk juga dinas pariwisata, dinas koperasi dan UMKM serta dinas perindustrian dan perdagangan juga bisa menyelaraskan keberadaan museum tersebut dengan Gunung Penanggungan," katanya.
Rektor Ubaya Benny Lianto mengatakan nama Pawitra diambil dari nama lain Gunung Penanggungan. Museum Pawitra difungsikan sebagai pusat informasi arkeologi dan budaya yang ada di Gunung Penanggungan mulai abad 10-16 Masehi.
"Museum Pawitra mulai dibangun selama empat bulan. Museum Pawitra ini, berbeda dengan museum pada umumnya. Dulunya merupakan galeri foto dan akhirnya direnovasi menjadi museum agar lebih hidup," katanya.
Senada Direktur Integrated Outdoor Campus (IOC) Ubaya Trawas Joniarto Parung mengatakan museum ini juga menjadi sarana bagi pelajar, mahasiswa, dan dosen peneliti yang ingin melakukan eksplorasi sejarah dan wisata.
"Kami (Ubaya) ingin menjadikan museum ini sebagai sumber inspirasi, belajar, serta motivasi untuk cinta budaya bangsa," ujarnya.
Ruang depan Museum Pawitra terbagi menjadi empat bagian di sisi utara memperlihatkan penemuan artefak bukti kehidupan yang pernah terjadi di kaki Gunung Penanggungan. Visualisasi hikayat Gunung Pawitra yang berdasar pada naskah Tantu Panggelaran tahun 1635 M dapat dilihat di sisi selatan museum.
Di sisi barat ada miniatur candi serta relief arca dan peninggalan-peninggalan lainnya yang ditemukan di atas gunung. Bagian dalam museum menampilkan foto-foto situs penting yang didokumentasikan tim ekspedisi Universitas Surabaya (Ubaya) di atas Gunung Penanggungan.
"Ini menjadi keunikan Museum Pawitra. Pengunjung tidak hanya mendapat informasi sejarah, namun juga dapat menghayati nilai baik leluhur lewat refleksi kehidupan di sisi Timur," katanya.
Kehadiran Museum Pawitra diharapkan menjadi referensi bagi masyarakat yang ingin melestarikan kearifan lokal lewat budaya yang diwariskan leluhur.
"Harapannya bisa menjadi tempat pelajar dan pendidik untuk belajar tentang keberagaman yang pernah terjadi pada era Kerajaan Majapahit di Gunung Penanggungan," katanya. (*)
Pemkab Mojokerto-Ubaya kolaborasi kembangkan wisata sejarah
Sabtu, 4 Juni 2022 19:51 WIB