Surabaya (ANTARA) - Perum Jasa Tirta (PJT) I bersama Jaring-jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air (JKPKA) dan Universitas Negeri Malang (UM) menggelar temu ilmiah secara virtual, Selasa, untuk membahas tentang manajemen air hujan di Indonesia.
Direktur Utama PJT I Raymond Valiant Ruritan melalui keterangan yang diterima ANTARA di Surabaya, mengapresiasi kegitan temu ilmiah yang digelar JKPKA untuk siswa SMA dan SMP tersebut.
"Air menjadi komponen dasar kehidupan manusia. 70 persen lebih tubuh manusia terdiri dari air. Tentunya juga tidak bisa dilepaskan dari sumber daya ini," katanya.
Raymond memberikan pemahaman bahwa air, lingkungan, dan manusia adalah hal yang menyatu. Dia mengutip kalimat Marilyn Ferguson, seorang visioner yang pada tahun 1995 menulis buku tentang The Aquarian Conspiracy.
"Masa depan manusia ditentukan, bagaimana caranya mengatasi krisis. Saat itu yang dibahas adalah krisis lingkungan dan pemanasan global. Hari ini kita masih berhadapan dengan krisis tersebut. Saat ini juga ada krisis COVID-19 yang dampaknya sangat luas," ujarnya.
Karena pandemi pula, lanjut dia, temu ilmiah yang sebelumnya menjadi ajang pertemuan para guru dan pembina JKPKA dalam ruang fisik, kini hanya bisa bertatap muka lewat daring.
Namun hal itu tak mengurangi makna dari pembelajaran bagi para guru dan siswa yang tergabung dalam JKPKA.
Ketua UM Green Campus, Dr. Vivi Novianti menjelaskan Indonesia menyimpan cadangan air dunia sebanyak enam persen. Namun ironisnya, Pulau Jawa sebagai pulau terpadat penduduknya diramalkan akan menghadapi ancaman krisis air di tahun 2040.
Vivi menjabarkan, Indonesia dengan iklim tropis memiliki kelebihan dalam hal ketersediaan air.
Curah hujan di Indonesia rata-rata 2.500 milimeter per tahun. Namun jumlah air yang melimpah terkendala oleh banyaknya lahan seperti hutan yang beralih fungsi, sehingga tidak dapat menyerap air dalam tanah dan cenderung menjadi luapan air seperti banjir.
Saat ini, ketersediaan air dan pemanfaatan untuk kebutuhan manusia di Indonesia cukup beragam. Di Pulau Jawa, per orang memiliki ketersediaan air sebanyak 1.169 meter kubik per tahun, di Bali sebanyak 4.224 meter kubik per tahun dan di Papua 296,84 meter kubik per tahun.
Sedangkan di Sumatera 15.892 meter kubik per tahun dan Kalimantan menjadi yang terbanyak yakni 80.167 meter kubik per tahun atau sekitar 80 kali lipat ketersediaan air bagi perorangan di Jawa.
"Krisis air kini juga banyak terjadi di Pulau Jawa. Bahkan warga harus membeli air bersih dengan harga mahal yang seharusnya bisa diperoleh secara gratis dari alam. Untuk itu manajemen air hujan menjadi sangat penting untuk bisa dipelajari bersama untuk menjaga ketersediaan air di masa yang akan datang," ungkapnya.
Sementara Koordinator Pusat JKPKA, Soetarno Said menegaskan komitmennya menjadikan JKPKA sebagai media pembelajaran bagi guru dan siswa dalam menjaga kelestarian air.
Saat ini, JKPKA juga berkembang di enam wilayah di Indonesia yakni Wilayah Hulu, Tengah, Hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Brantas, Hulu dan Tengah DAS Bengawan Solo serta Hulu DAS Asahan Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. (*)
Jasa Tirta I, JKPKA dan UM gelar temu ilmiah tentang manajemen air hujan
Selasa, 15 Desember 2020 19:16 WIB
Krisis air kini juga banyak terjadi di Pulau Jawa