Surabaya (ANTARA) - Mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (FIK Ubaya) Wenny Friskillia mengubah ampas tebu jadi suvenir berbentuk permainan tradisional Indonesia yang diberi nama "Nebu".
"Nebu diambil ketika saya sedang proses menganyam tebu menjadi sebuah produk," kata Wenny Friskillia saat ditemui di kampus setempat, Rabu.
Dia menjelaskan, latar belakang membuat inovasi ini karena adanya kekhawatiran saat melihat ampas tebu yang terbuang dari pedagang minuman es tebu
"Waktu itu saya sedang menganyam dan membuat produk dari ampas tebu. Kemudian teman saya bertanya, sedang melakukan apa. Saya langsung menjawab, nebu. Itulah mengapa saya mengambil kata nebu untuk produk ini," ujarnya.
Selanjutnya dia melakukan wawancara dengan beberapa pedagang minuman es tebu. Menurut mereka ampas tebu sebagai sampah atau limbah akan dibuang secara langsung karena menimbulkan bau jika dibiarkan terus menerus.
"Saya mulai bereksperimen dan yakin bahwa ampas tebu yang memiliki kandungan selulosa bisa menjadi peluang untuk dibuat suatu produk," kata alumnus SMAK Kolese Santo Yusup Malang itu.
Sementara ide awal bentuk pembuatan suvenir ini diambil dari permainan tradisional di Indonesia. Permainan tradisional khas daerah tersebut dipilih berdasarkan hasil riset dan pilihan masyarakat.
Permainan tradisional pertama yaitu lompat batu dari Nias, Sumatera Utara. Pemuda Nias yang berhasil melompati batu setinggi 40 cm menandakan bahwa dirinya sudah dewasa. Selanjutnya, permainan tradisional kedua yaitu Geulayang Tunang – Layang Kleung dari Banda Aceh, Aceh.
Berikutnya, permainan tradisional ketiga yaitu Layang Kaghati dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Kaghati adalah permainan layang-layang khas suku Raha, Sulawesi Tenggara yang telah dimainkan sejak 4.000 tahun lalu.
Proses pembuatan satu karya produk membutuhkan waktu selama dua hari. Awal pembuatannya dilakukan dengan mengeringkan ampas tebu terlebih dahulu di tempat yang teduh.
"Proses ini dilakukan untuk menghilangkan air tebu dan mengurangi bau tidak sedap pada produk. Setelah itu, ampas tebu yang awalnya berwarna hijau akan berubah menjadi warna putih gading," tuturnya.
Selanjutnya ampas tebu mulai dipilih serta ditipiskan dengan alat potong sehingga memiliki ukuran tinggi dan ketebalan yang sama untuk dianyam menjadi bentuk permainan tradisional daerahnya.
Bahan tambahan yang digunakan selama proses pembuatan adalah kawat dan lem agar produk terlihat kokoh dan berdiri tegak.
Satu karya produk yang dibuat Wenny Friskillia dibanderol dengan harga Rp250 ribu per buah.
"Jika ditotal secara keseluruhan maka pengerjaan lima karya ini membutuhkan waktu 10 hari. Tantangan tersulit yang dihadapi adalah harus sabar menipiskan dan memotong ampas tebunya. Ukuran yang dibuat harus sama, agar tidak patah saat dianyam," katanya.
Wenny mengungkapkan, produk yang dia buat selain untuk mengurangi limbah ampas tebu juga diharapkan mengedukasi masyarakat terkait permainan tradisional khas Indonesia.
"Melalui produk ini, informasi terkait permainan tradisional Indonesia yang dibuat dapat dilihat pada latar belakang produk," ujarnya. (*)
Mahasiswa Ubaya ubah ampas tebu jadi suvenir
Rabu, 8 Januari 2020 16:43 WIB
Ampas tebu yang memiliki kandungan selulosa bisa menjadi peluang untuk dibuat suatu produk