Madiun (ANTARA) - Badan Pusat Statistik meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Madiun, Jawa Timur, termasuk Bulog untuk mewaspadai kenaikan harga beras yang terjadi, karena akan memicu terjadinya inflasi di daerah setempat pada Oktober 2019.
Kepala BPS Kota Madiun Umar Sjaifudin mengatakan pada September 2019, komoditas beras merupakan salah satu penyumbang inflasi. Kenaikan harganya mencapai 0,31 persen dengan andil inflasi 0,01 persen.
"Meski kenaikan harganya hanya sedikit, namun karena beras ini merupakan komoditas nomor satu dan utama yang dikonsumsi masyarakat, maka tetap sangat berpengaruh terhadap laju inflasi," ujar Umar Sjaifudin di Madiun, Senin.
Untuk itu, ia meminta pemerintah daerah mewaspadai tiga bulan ke depan di akhir 2019.
TPID juga diharapkan agar selalu memantau perkembangan harga di pasaran, agar tidak terjadi gejolak harga.
Terlebih pada Desember akan ada dua agenda besar di masyarakat, yakni Hari Raya Natal 2019 dan pergantian Tahun Baru 2020 yang diprediksi akan berpengaruh terhadap inflasi.
"TPID dan Bulog diminta melakukan upaya untuk menekan harga beras di pasaran. Salah satunya dengan menggelar operasi pasar dan lainnya," kata dia.
Sesuai di pasaran saat ini, harga beras jenis IR 64 atau medium mencapai kisaran Rp8.800 hingga Rp9.100 per klogram. Harga itu naik dari sebelumnya sekitar Rp8.500 hingga Rp8.700 per kilogram.
Selain beras, pada September 2019, terdapat sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga. Di antaranya gula pasir, rokok kretek, biaya bimbingan belajar, harga pembelian sepeda motor, serta emas perhiasan.
TPID Kota Madiun diminta waspadai kenaikan harga beras
Senin, 7 Oktober 2019 23:10 WIB