Tulungagung (Antaranews Jatim) - Sejumlah warga memberikan penilaian atas jalannya debat publik calon Bupati dan Wakil Bupati Tulungagung yang digelar KPU Tulungagung, Jumat (23/3) yang lebih banyak diwarnai adu data , fakta serta janji dalam bentuk visi-program kerja oleh masing-masing kandidat, melalui visi-program kerja yang ditawarkan.
"Sebagai petahana, (paslon pasangan calon 2) Syahri memang diuntungkan karena sudah memiliki bukti kinerja pemerintahannya selama lima tahun memimpin Tulungagung. Ini barang yang dianggap laku untuk dipasarkan," kata salah satu warga yang mengikuti debat publik Pilkada Tulungagung, Cahyono, Sabtu.
Sebaliknya, bagi pasangan Margiono dan Eko Prisdanto juga diuntungkan karena tak memiliki "cacat" dalam hal pemerintahan.
Mengambil sikap sebagai penantang, Margiono menyampaikan rangkuman program kerja yang terbaik.
Namun paslon nomor urut 1 ini tidak bisa mengambil keuntungan yang sama seperti kompetitornya, Sahto lantaran posisi mereka sebagai penantang.
Belum pernah memerintah dan lebih mengandalkan kepiawaian sosok sentral Margiono dalam beretorika.
Menurut Bambang, salah satu pewarta senior di Tulungagung, level Ketua Umum nonaktif PWI ini dinilai mumpuni karena faktor pengalaman sebagai wartawan senior serta jaringan lobi di kancah politik nasional.
"Margiono sudah biasa menghadapi forum-forum besar dan kapasitasnya sebagai pimpinan media juga posisinya sebagai Ketua Umum PWI membuat dia sudah biasa menghadapi debat publik berskala lokal seperti ini," ucap Bambang.
Namun tak sedikit yang mengkritik jalannya debat publik yang dirasa masih terlalu umum. Sejumlah warga juga menyayangkan debat yang didominasi cabup, sementara cawabup lebih banyak diam. Jangan terlalu pasif, karena masyarakat kan belinya 'paket hemat'. Pilih sekali dapat dua (sepasang). Jadi selain cabupnya, cawabup juga harus bicara terbuka kepada publik menyampaikan program pembangunan yang mau ditawarkan," kata Maliki, aktivis pemberdayaan lingkungan di Tulungagung.
Dalam debat publik pertama yang digelar di Hall Hotel Istana, Tulungagung itu, KPU memilih tema strategi pembangunan sosial-ekonomi.
Kesempatan itu dimanfaatkan pasangan calon petahana Syahri Mulyo untuk memaparkan data pembangunan yang bersumber dari Balai Pusat Statistik, dimana angka kemiskinan yang terus menurun dan berada di bawah rasio Jatim dan nasional (Tulungagung 8,23 ; Jatim 12,05 ; dan nasional 10,86).
Demikian juga dengan rasio gini atau ketimpangan sosial yang saat ini berada di angka 0,31 (tingkat ketimpangan rendah), di bawah rasio gini Jatim dan nasional yang sama-sama di angka rasio 4,0 (tingkat ketimpangan sedang).
"Selama lima tahun memimpin Tulungagung juga sudah banyak pusat-pusat ekonomi rakyat kami kembangkan. Seperti di GOR Lembu Peteng, kawasan 'Pinka' (pinggir kali Ngrowo) yang terus menggeliat hingga revitalisasi pasar-pasar tradisional. Semua untuk meningkatkan daya saing serta pengembangan perekonomian rakyat kecil di bawah," ucap Syahri dalam paparan singkat visi -programnya di awal debat publik.
Ia mengatakan, semua data yang disampaikan merupaka data BPS yang telah divalidasi dan nyata adanya. "Dengan semua bukti kinerja yang sudah kami lakukan itu, mudah-mudahan masyarakat Tulungagung tidak salah pilih Bahwa Syahri Maryoto adalah sudah terbukti dan berprestasi," ucap penutup Syahri dan Maryoto di akhir forum debat.
Sementara itu, cabup penantang Margiono dari awal menyampaikan sejumlah janji politiknya untuk membawa perubahan bagi Tulungagung yang lebih baik.
Isu besar yang diusung Margiono di awal paparan adalah soal pengentasan kemiskinan, mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Penyampaian Margiono lugas mengacu data riil yang digali timnya tentang kondisi kekinian Tulungagung.
Kendati kemudian dibantah Syahri saat diberi kesempatan kedua menyampaikan program kerja.
"Secara umum yang dipaparkan kedua pasangan calon sudah cukup baik. Tapi belum menyentuh substansi yang diharapkan panelis karena yang disampaikan masih normatif dan cenderung menyentuh permukaan saja," kata Pembantu Rektor I IAIN Tulungagung abdul Aziz.
Ia berharap pada debat publik selanjutnya, kedua pasang kandidat lebih mendalam mengupas program-program kerjanya jika terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Tulungagung.
Tak hanya calon bupati, namun juga wakil bupati harus proaktif menyampaikan ide dan pemikirannya terkait pembangunan di isu-isu yang dikupas dalam forum debat. (*)
Begini Kata Warga Tentang Debat Cabup Tulungagung
Minggu, 25 Maret 2018 16:27 WIB
"Secara umum yang dipaparkan kedua pasangan calon sudah cukup baik. Tapi belum menyentuh substansi yang diharapkan panelis karena yang disampaikan masih normatif dan cenderung menyentuh permukaan saja," kata Pembantu Rektor I IAIN Tulungagung abdul Aziz.