Surabaya (Antaranews Jatim) - Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menghibahkan sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kepada pemilik rumah produksi pempek Tjek Entis Surabaya, Senin.
Penyerahan bantuan yang dilakukan secara simbolis oleh tim Laboratorium Remidiasi Lingkungan ITS kepada rumah produksi pempek di daerah Medayu Utara itu bertujuan untuk mengolah air limbah dari industri makanan pempek agar menjadi lebih ramah lingkungan.
Perwakilan tim Laboratorium Remidiasi Lingkungan ITS Bantuan IPAL Ipung Fitri Purwanti mengatakan bantuan IPAL tersebut berawal dari pengajuan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Pengajuan ini akhirnya lolos terdanai tahun 2017, sehingga Laboratorium Remidiasi Lingkungan berhasil membangun IPAL di industri makanan milik Suparto tersebut.
"IPAL ini merupakan inisiatif dari tim Teknik Lingkungan ITS untuk melakukan pengabdian pada masyarakat," kata Ipung di sela acara.
Awalnya, lanjut Ipung, mereka bekerja sama dengan pihak dari Kecamatan Rungkut, yang selanjutnya merekomendasikan bantuan diarahkan ke industri makanan tersebut.
Setiap minggunya, menurut Ipung, tidak kurang dari 150 kilogram ikan tengiri diproses untuk dijadikan pempek di rumah produksi ini. Hasil sampingan produksi berupa air limbah yang berbau dan berwarna keruh ini sangat berbahaya jika dibuang langsung ke lingkungan sekitarnya.
"Sebelumnya, laboratorium kami melakukan analisa terhadap air limbah tersebut. Hasil analisa yang ada menunjukkan bahwa terdapat kadar zat organik, nitrogen, fosfor, minyak, lemak serta padatan terlarut yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan tumbuhnya eceng gondok di sungai secara berlebih," ujar doktor lulusan Universiti Kebangsaan Malaysia itu.
Ipung memaparkan, pengolahan limbah air dimulai dari bak kontrol yang berguna untuk mengatur banyaknya limbah yang masuk. Bahan sisa tersebut kemudian melewati grease trap (bak penangkap lemak) untuk memisahkan minyak dan lemak.
"Proses selanjutnya adalah pemisahan padatan pada bak pengendap untuk mengurangi beban zat organik. Proses ini dilakukan secara manual," kata dia.
Limbah sisa pembuatan pempek kemudian dimasukkan ke dalam tangki yang berisi bakteri EM16. Bakteri ini berguna untuk mereduksi kandungan zat organik dalam limbah. Setelah reduksi kandungan zat organik, air limbah kemudian dialirkan pada pipa paralon yang bermuara pada tumbuhan tyfa atau Scirpus grossus.
"Tanaman ini mampu mengurangi kandungan nitrogen dan fosfor. Alhasil, limbah yang ada sudah bisa dibuang secara aman," tuturnya.
Ipung berharap agar kerja sama ini tidak hanya sampai di sini. Departemen Teknik Lingkungan ITS menyatakan siap untuk memantau IPAL tersebut. Selama tiga bulan ke depan, timnya akan terus melakukan peninjauan mutu air yang berhasil terolah. Hal ini bisa dilihat dari kondisi tanaman tyfa yang tumbuh. (*)
ITS Hibahkan Ipal ke Industri Pempek Surabaya
Senin, 15 Januari 2018 19:26 WIB
IPAL ini merupakan inisiatif dari tim Teknik Lingkungan ITS untuk melakukan pengabdian pada masyarakat