Madiun (Antara Jatim) - BPBD Kabupaten Madiun, Jawa Timur menangani sebanyak 23 kejadian bencana tanah longsor selama bulan Januari hingga pertengahan tahun 2017.
"Dari jumlah 23 kasus tanah longsor tersebut, terbanyak terjadi di wilayah lereng Gunung Wilis yakni di Kecamatan Kare dan Dagangan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun Edy Harianto di Madiun, Kamis.
Pihaknya merinci, 23 kejadian tanah longsor tersebut di Kecamaatan Kare sebanyak delapan kejadian, Dagangan tujuh kejadian, Dolopo dua kejadian, Gemarang dua kejadian, serta Saradan, Mejayan, Wonoasri, dan Madiun masing-masing satu kejadian.
Menurut Edi, jumlah kejadian longsor tersebut diprediksi meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 21 bencana longsor.
"Selama tahun 2016 tercatat ada 21 kejadian bencana tanah longsor, sedangkan tahun 2017 hingga pertengahan tahun sudah 23. Dimungkinkan masih bisa bertambah lagi hingga akhir Desember mendatang karena curah hujan yang meningkat," kata dia.
Dari 21 kasus longsor selama tahun 2016, terbanyak terjadi di Kecamatan Dagangan yang mencapai 10 kali kejadian.
Adapun BPBD memetakan wilayah Kabupaten Madiun yang rawan bencana tanah longsor terdapat di selingkar lereng Wilis, yakni Kecamatan Dagangan, Kare, Gemarang, dan Saradan.
Guna meminimalisir dampak dan korban yang ditimbulkan dari bencana longsor, pihak BPBD aktif melakukan sosilaisasi tentang tanggap darurat jika curah hujan tinggi atau terjadi retakan tanah.
Selain itu, pihaknya juga memasang spanduk peringatan di sejumlah titik rawan sebagai tanda agar warga lebih berhati-hati.
"Warga yang tinggal di lokasi tersebut diminta selalu waspada jika curah hujan sedang tinggi karena tebing yang ada rawan longsor," kata dia.
Pihaknya juga menyiagakan tim reaksi cepat (TRC) yang siaga selama 24 jam guna mengantisipasi dan memantau kemungkinan terjadinya bencana. Selain longsor, warga Kabupaten Madiun di pinggiran aliran Sungai Bengawan Madiun juga diminta mewaspadai bencana banjir. (*)