Tulungagung (Antara Jatim) - Sekitar 30 warga Desa Bethak, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu mendatangi markas Kepolisian Resort Tulungagung, Jawa Timur mendesak pengusutan kasus pencabulan santri di bawah umur oleh oknum guru ngaji di salah satu pondok pesantren setempat.
"Tadi warga dan perwakilan keluarga mendatangi balai desa, dan langsung minta datang ke polres untuk mempertanyakan perkembangan kasus (pencabulan) itu," kata Kepala Desa Bethak, Kecamatan Kalidawir Catur Subagyo dikonfirmasi di Mapolres Tulungagung.
Ia mengaku hanya ingin memfasilitasi warganya yang resah dan berempati terhadap F (11), santri salah satu ponpes besar di Kecamatan Ngunut asal Bethak yang menjadi korban kekerasan seksual.
Tiba di Mapolres Tulungagung sekitar pukul 09.30 WIB, warga tidak bisa langsung bertemu petugas kepolisian yang menangani kasus cabul tersebut.
Kades Catur bersama empat perwakilan keluarga korban dan warga sempat masuk ke area satreskrim untuk bertemu petugas unit perlindungan perempuan dan anak, namun kepala unit PPA tidak ada di tempat sehingga mereka harus menunggu beberapa lama.
Situasi sempat berubah tegang saat kanit PPA Ipda Retno Pujiarsih mencoba menjelaskan melalui telepon bahwa dirinya sedang perjalanan menuju Desa Bethak guna menindaklanjuti kasus tersebut dengan bertemu keluarga serta saksi korban.
Namun warga bersikeras meminta penjelasan soal perkembangan penanganan yang menurut mereka terkesan "jalan di tempat" sejak kasus cabul dan kekerasan seksual santri F dilaporkan keluarga korban pada Jumat (12/5).
"Kami ke sini hanya ingin tahu perkembangan kasusnya dan progress penanganan yang dilakukan sampai dimana. Keterangan awal dari korban kami rasa sudah jelas, tinggal polisi bagaimana keseriusan menanganinya," kata Hendrik (40), perwakilan keluarga.
Menanggapi kengototan warga, Ipda Retno melalui sambungan telepon sempat mencoba menjelaskan kendala yang dihadapi penyidik.
"Korban belum mengatakan apapun dan siapa yang melakukan. Kami tidak mungkin gegabah melakukan tindakan (penangkapan) jika tidak ada bukti cukup," katanya.
Upaya penjelasan sempat dilakukan beberapa anggota UPPA lain, namun warga justru menjadi geram karena mereka ingin ada langkah nyata dan cepat dilakukan kepolisian dalam menindaklanjuti kasus tersebut.
"Kami sangat menghargai polisi, kalau tidak menghargai kami sudah ramai-ramai ke pondok," kata Andik, warga peserta aksi.
Sempat dilakukan pertemuan tertutup dipimpin KBO Reksrim Iptu Heri Purwanto, polisi berjanji akan segera menuntaskan kasus tersebut.
Menurutnya saat ini penyidik masih memiliki satu alat bukti berupa hasil visum dari rumah sakit. Namun keterangan dari korban terkait nama pelaku belum bisa dijadikan alat bukti.
"Korban masih belum bisa memberikan keterangan dengan jelas," katanya.
Heri menambahkan saat ini petugas telah memeriksa beberapa saksi dari teman korban yang disebutkan oleh korban.
"Kami juga belum meminta keterangan dari pihak pondok, dirunggu saja," katanya.(*)
Warga Bethak Desak Polisi Usut Pencabulan Santri
Rabu, 17 Mei 2017 21:00 WIB
"Kami sangat menghargai polisi, kalau tidak menghargai kami sudah ramai-ramai ke pondok," kata Andik, warga peserta aksi.