Surabaya, (Antara Jatim) - Produk logam mulia jenis "jawellery" atau perhiasan diminati warga Surabaya, sebab sejak diluncurkan di wilayah itu pada November 2016 penjualannya melebihi target, khususnya di butik PT Antam.
Bagian penjualan Butik Antam di salah satu pusat perbelanjaan Surabaya Krisna Nur Fattah, Senin mengatakan dari target 14 kilogram (kg) per bulan, saat ini sudah tercapai 15 kg per bulan, atau melebihi dari yang ditargetkan.
"Penjualan logam mulia terus mengalami peningkatan. Termasuk untuk produk jawellery atau perhiasan, peminatnya juga cukup tinggi," kata Krisna saat ditemui di Surabaya.
Ia mengatakan, produk jawellery secara nasional diluncurkan pada September 2016 dengan berbagai jenis model, seperti kalung, liontin dan bezel, atau bingkai untuk liontin yang diproduksi dan dijual PT Antam dengan menampilkan motif batik.
"Ada empat motif yang ditampilkan, dan konsumen yang membeli produk perhiasan rata-rata adalah para kolektor, pasangan yang memanfaatkan untuk mas kawin, atau souvenir," katanya.
Ia menjelaskan harga perhiasan berupa kalung, liontin, dan bezel bertema batik lebih tinggi dibanding logam mulia polos, karena ada biaya pembuatan dan nilai sebagai produk khusus, dengan hak cipta PT Antam.
"Untuk kalung ukuran 8 gram dengan tema gelung harganya mencapai Rp4,6 juta. Sedangkan ukuran 15 gram mencapai Rp8,3 juta," katanya
Sedangkan untuk tema unting palapa dengan berat 7 gram mencapai Rp4,2 juta, dan berat 9 gram Rp 5,2 juta.
"Ada lagi tema Mandala adiluhung berat 6 gram mencapai Rp3,7 juta dan berat 10 gram dengan harga Rp5,9 juta, serta tema Gayatri Atiyasa dengan ukuran 4 gram mencapai harga Rp2,75 juta dan 5 gram dengan harga Rp3,37 juta," katanya.
Krisna mengatakan, harga yang ditawarkan itu mengacu harga emas dunia pada Senin (30/1), sebab harga emas produk PT Antam berfluktuasi setiap hari mengikuti trend harga emas dunia.
Sementara untuk harga logam mulia polos, kata Krisna, sepanjang hari Senin (30/1) mencapai Rp595 ribu per gram, atau cukup stabil dalam beberapa pekan terakhir, karena pada awal Januari 2016 sempat tinggi.
Sementara meski respon pasar positif, hampir 90 persen pembeli masih memilih logam mulia polos, karena untuk diolah lagi dan dijadikan perhiasan.
"Kalau yang motif, saya beli untuk koleksi dan investasi. Beli satu, atau dua, sudah cukup," ungkap Baihaqi, salah satu pembeli perhiasan asal Sidoarjo.(*)