Ponorogo (Antara Jatim) - Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo, Jawa Timur siap melahirkan 1.200 penulis dari berbagai kalangan melelui pogram Sekolah Literasi gratis selama satu tahun, mulai Septermber 2016.
"Target kami bisa menjangkau 1.200 peserta agar mereka bisa menulis dan terbiasa menulis," kata Pembantu Ketua II STKIP PGRI Ponorogo Dr Sutejo, MHum di Ponorogo, Jawa Timur, Selasa.
Ia menjelaskan program yang akan dimulai awal September 2016 itu bersifat terbuka bagi siapapun itu mendapatkan respons luar biasa dari penulis untuk berbagi semangat dan pengalaman dengan para peserta.
"Alhamdulillah, teman-teman sastrawan, wartawan, penulis dan para pakar sastra antusias ketika kami ajak untuk ikut ambil bagian dalam program ini," kata penggagas dari program ini.
Bahkan, katanya, profesor tamu di sebuah perguruan tinggi di Jepang dan Korea juga langsung mengatakan senang bergabung dengan program ini. Mereka adalah Tengsoe Tjahyono dari Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) Seoul, Korea Selatan, dan Suyoto Atim dari Kanda University of International Studies Jepang.
Paskar sastra dari perguruan tinggi di Indonesia, kata Sutejo, ada Prof Dr Setya Yuwana Sudikan, MA (dari Unesa) dan Prof Dr Djoko Saryono (Universitas Negeri Malang).
Pembicara lainnya adalah para penulis, seperti Dr Sariban Sarib dari Tuban, Kiai M Faizi (penyair yang juga pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep), Aming Aminuddin (Presiden Penyair Jawa Timur), dua penulis bersaudara dari Ngawi Tjahjono Widarmanto dan Tjahjono Widijanto, Benni Setia (penulis dari Caruban, Madiun), Bagus Putuparto (penulis dari Blitar) dan banyak yang lainnya.
"Kami juga senang karena peserta yang mendaftar juga cukup banyak, baik dari kelangan guru maupun mahasiswa dan siswa," katanya.
Meskipun demikian ia tidak berpretensi semua peserta akan otomatis bisa menjadi penulis setelah mengikuti sekolah tersebut. Namun, setidaknya mereka sudah mendapatkan rangsangan mengenai indahnya dunia menulis tersebut dari mereka yang sudah mengecap pahit manisnya menuangkan ide dalam bentuk cerita tersebut.
"Namanya juga kelahiran, ada yang bertahan ada yang tidak. Tapi kami akan berupaya merawat para alumni sekolah ini dengan sering bertemu untuk berbagi semangat dan berproses bersama untuk menjadi penulis. Nanti akan ada semacam komunitas penulis yang merupakan alumni dari kelas ini," ujarnya.
Selain merangsang para peserta untuk bisa menulis, katanya, kelas tersebut juga merangsang mereka untuk gemar membaca sebagaimana digaungkan pemerintah lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Budaya membaca itu akan menentukan masa depan bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang penduduknya gemar membaca," tutur penulis sekitar 20 judul buku itu.(*)
STKIP Ponorogo Siap Lahirkan 1.200 Penulis
Minggu, 28 Agustus 2016 15:15 WIB