Surabaya (Antara Jatim) - Kelancaran arus barang dari dan ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya terus diupayakan melalui berbagai cara, di antaranya dengan menyiapkan akses multimoda agar bisa menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi daerah sekitar.
Akses multimoda yang dimaksud adalah akses transportasi dari dan ke pelabuhan melalui jalan raya menggunakan truk, serta jalur kereta api. Akses tersebut selama ini sudah tersedia, hanya perlu dimaksimalkan kemanfaatan dan jangkauannya.
Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang atau muatan dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit dua moda angkutan yang berbeda.
Reaktivasi jalur angkutan barang menggunakan kereta api dari dan ke Terminal Kalimas serta Terminal Petikemas Surabaya (keduanya berada di lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak), telah memberikan alternatif terhadap kelancaran arus barang di lingkungan pelabuhan di "Kota Pahlawan" tersebut.
Pengoperasian jalur kereta api ini semakin melengkapi angkutan barang yang ada sebelumnya, yakni memanfaatkan jalan raya dengan armada truk. ¿Kereta masuk pelabuhan ini penting. Kenapa penting, agar pengguna jasa punya pilihan atau alternatif selain angkutan yang ada,¿ ujar Menteri Perhubungan Ignasius Jonan saat meresmikan pengoperasian kereta api angkutan peti kemas di sekitar lapangan penumpukan PT Terminal Petikemas Surabaya pada April lalu.
PT Kereta Api Logistik, anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia kini mengoperasikan layanan angkutan kereta api dari dan ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Pada tahap awal, angkutan kereta api itu digunakan untuk melayani peti kemas berpendingin (reefer container) bermuatan produk holtikultura tujuan Jakarta.
Pengoperasian layanan ini sejalan dengan yang dilakukan jajaran PT Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Emas Semarang yang juga mereaktivasi jalur kereta apinya dari dan ke pelabuhan.
Pembukaan layanan angkutan barang menggunakan moda transportasi kereta api tersebut tidak bertujuan mematikan moda transportasi menggunakan truk yang sudah ada. Tapi, dengan adanya layanan ini, justru kedua moda transportasi ini akan bersaing secara sehat dan pada gilirannya akan menurunkan biaya logistik.
TPK Rambipuji
Jalur rel yang ada di Pelabuhan Tanjung Perak pernah digunakan pada tahun 1992-2004, namun pemanfaatannya tidak maksimal. Jalur tersebut akhirnya tidak berfungsi, sedangkan relnya kemudian tertimbun tanah dan areal sekitar rel berdiri bangunan-bangunan liar.
Beroperasinya jalur kereta api tersebut berbarengan dengan dioperasikannya "dryport" di Rambipuji, Jember, Jatim. Dryport Rambipuji merupakan satu dari lima dryport yang beroperasi di Indonesia yakni Terminal Peti Kemas (TPK) Tebing Tinggi di Sumut, TPK Kertapati di Sumsel, TPK Gedebage di Jabar, dan TPK Solo Jebres di Jateng.
Pada awal-awal pengoperasiannya, dryport atau terminal peti kemas (TPK) Rambipuji cukup banyak dimanfaatkan untuk mengangkut komoditas ekspor seperti tembakau dan batu piring yang memang banyak dihasilkan Jember ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Namun demikian, dalam perjalanannya pemanfaatan jalur kereta api untuk angkutan peti kemas semakin ditinggalkan. Pengguna jasa lebih memilih jasa angkutan truk yang dinilai lebih murah karena tidak mengalami "double handling".
Sebagai gambaran, eksporter cukup mengurusi barangnya di gudang sebelum dikirim ke pelabuhan. Barang dari gudang eksporter dimasukkan ke peti kemas, selanjutnya diangkat dan diangkut menggunakan truk hingga ke pelabuhan. Selesai.
Sedangkan, jika mengangkut menggunakan kereta api, maka peti kemas dari gudang eksporter tersebut harus menjalani pemindahan ke rangkaian kereta api di TPK terdekat. Setelah tiba di pelabuhan peti kemas itu harus dipindahkan lagi ke truk, di angkut ke bibir dermaga, sebelum kemudian dimuat ke kapal.
Pergerakan peti kemas dari satu titik ke titik lainnya tersebut sudah pasti diikuti dengan biaya. Semakin banyak pergerakan peti kemas berarti biaya yang dibutuhkan juga lebih tinggi.
Jika hitung-hitungannya hanya sampai di situ, maka pemanfaatan angkutan barang menggunakan jalur kereta api memang lebih mahal ketimbang menggunakan jalan raya. Apalagi jika jarak antara gudang eksporter dengan pelabuhan relatif dekat.
Akan tetapi, jika dilihat dari aspek yang lain, seperti kapasitas dan kemampuan jalan raya dalam mendukung kelancaran arus barang, maka pemanfaatan moda transportasi kereta api sangat kompetitif.
Apalagi, penggunaan jasa angkutan barang dengan kereta api, relatif tidak rawan terdampak kemacetan arus lalu lintas seperti halnya lalu lintas di jalan raya. Selain itu, mengurangi beban yang bisa berimbas pada kerusakan jalan raya.
Sementara itu, hasil pengamatan Badan Litbang Perhubungan terkait dengan pola pergerakan peti kemas di Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Perak Surabaya beberapa tahun silam menunjukkan, dari 209 sampel, sekitar 50 persennya merupakan perjalanan peti kemas di bawah 50 kilometer , 51-100 kilometer sebanyak 35 persen, 101-150 kilometer sebesar 7 persen, sedangkan 151-200 dan 201-250 kilometer masing-masing 4 persen. Artinya, keunggulan kereta api adalah dalam jarak jauh, di atas 200 kilometer.
Interkoneksi
Manajemen PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) selain memanfaatkan akses transportasi yang sudah ada, kini berusaha "membuka" pula akses moda transportasi di lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya guna mendukung kelancaran arus barang dari dan ke Terminal Teluk Lamong yang dikelola dengan konsep ramah lingkungan (green port).
Akses moda transportasi kereta api yang telah ada di Pelabuhan Tanjung Perak dioperasikan kembali, sedangkan moda transportasi jalan raya, diupayakan terkoneksi dengan jalan tol guna menghindari potensi kemacetan.
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) kini memulai pembangunan jalan layang (flyover) yang menjadi interkoneksi akses Terminal Teluk Lamong dengan jalan tol Surabaya-Gresik dan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) Surabaya.
"Dengan pembangunan 'flyover' maka Terminal Teluk Lamong sebagai 'multipurpose terminal' di Pelabuhan Tanjung Perak akan mudah diakses melalui Jalan Lingkar Luar Barat yang menghubungkan Surabaya utara dan selatan," kata Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Pelindo III Husein Latief pada acara "groundbreaking" proyek tersebut di Surabaya belum lama ini.
Selain itu, dengan akses tersebut Terminal Teluk Lamong akan mudah dijangkau melalui jalan tol Surabaya-Gresik. Pengembangan Terminal Teluk Lamong yang merupakan "green port" pertama di Indonesia tersebut akan memiliki konektivitas multimoda transportasi.
Konektivitas pertama, melalui jalan eksisting, yakni Jalan Tambak Osowilangon. Kedua, akses jalan layang yang akan dibangun dengan melibatkan pengelola jalan tol, PT Marga Bumi Matra Raya dan pengembang PT Mitra Karya Multiguna (Sinarmas Land).
Ketiga, menggunakan moda transportasi kereta api yang juga akan masuk ke Terminal Teluk Lamong, dan keempat melalui monorel peti kemas yang akan menghubungkan ke beberapa depo peti kemas hingga terminal-terminal lain di Pelabuhan Tanjung Perak.
Menanggapi hal itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku terkenang saat baru dua hari menjabat Wali Kota Surabaya, dirinya diminta rapat bersama Setwapres untuk mempercepat pembangunan Terminal Teluk Lamong.
"Saat itu saya memilih membangun pelabuhan (terminal barang) di Teluk Lamong. Karena saya ingin harga barang menjadi lebih murah untuk warga Surabaya, juga Jawa Timur, bahkan kawasan timur Indonesia," kata Risma.
Kini, setelah Terminal Teluk Lamong mulai beroperasi, Risma mengaku Pemkot Surabaya bersama PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) terus mendorong peningkatan aksesibilitasnya, agar kinerja Terminal Teluk Lamong lebih efisien dan efektif demi mendukung daya saing Surabaya yang letaknya strategis guna meningkatkan perekonomian rakyat.
Dengan strategisnya posisi Surabaya dalam rute logistik internasional, menurut Risma, kini sudah banyak negara yang berminat untuk membongkar barangnya di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. "Mereka ingin Surabaya siap, agar tidak perlu transit ke Singapura. Untuk mengefisienkan biaya pengiriman," katanya.
Jika akses Terminal Teluk Lamong, JLLB, dan Tol Surabaya-Gresik terkoneksi, ia optimistis beban angkutan barang dapat tereduksi hingga 80 persen dan angkutan orang bisa turun setidaknya 50 persen.
Pemprov Jatim
Rencana manajemen PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) untuk memaksimalkan pemanfaatan akses moda transportasi tersebut tampaknya gayung bersambut pula dengan rencana Pemprov Jatim.
Sebab, diakui atau tidak Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya merupakan pelabuhan yang memberikan andil besar bagi perputaran roda perekonomian Surabaya, Jawa Timur, dan juga Indonesia kawasan timur.
Pertumbuhan ekonomi Jatim pada 2012 sebesar 7,24 persen, pada 2013 sebesar 6,08 persen dan pada 2014 sedikit mengalami perlambatan yakni sebesar 5,86 persen. Pertumbuhan ekonomi ini di antaranya dipengaruhi oleh aktivitas (ekspor dan impor) di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Data PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) menyebutkan arus barang melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pada 2015 cukup stabil. Hal itu terlihat dari realisasi arus peti kemas melalui beberapa terminal di Pelabuhan Tanjung Perak seperti Terminal Petikemas Surabaya, Terminal Berlian, terminal konvensional Jamrud, Nilam, dan Mirah, serta Terminal Teluk Lamong.
Arus barang melalui Tanjung Perak pada semester I tahun 2015 terealisasi sebanyak 1.268.158 boks atau setara dengan 1.512.433 twenty equivalent units (Teus). Relatif stabil dibandingkan dengan realisasi paruh tahun 2014 yang tercatat 1.268.723 boks atau setara dengan 1.516.558 Teus.
Realisasi tersebut menunjukkan peningkatan bila dibandingkan semester pertama tahun 2013 yang mencapai 1.226.938 boks atau setara dengan 1.466.543 Teus. Sedangkan realisasi pada periode yang sama 2012 sebanyak 1.166.233 boks atau setara dengan 1.392.982 Teus.
Sementara itu, arus peti kemas yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak pada 2014 sebanyak 2.608.321 boks atau setara dengan 3.105.827 Teus. Arus peti kemas pada 2014 meningkat sebesar 3,7 persen dibandingkan catatan peti kemas tahun 2013 yang tercatat 2.517.017 boks atau setara dengan 2.993.931 Teus. "Hingga akhir tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, kita perkirakan arus peti kemas akan meningkat 4-5 persen," kata Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Edi Priyanto.
Data BPS Jatim menyebutkan Nilai Ekspor Jawa Timur bulan Agustus 2015 mencapai 1.369,38 juta dolar AS atau naik 33,42 persen dibanding ekspor bulan Juli 2015 yang mencapai 1.026,37 juta dolar AS. Sementara itu, secara kumulatif, nilai ekspor Januari sampai Agustus tahun 2015 mencapai 11.780,44 juta dolar AS atau turun 7,09 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2014 yang mencapai 12.679,07 juta dolar AS.
Nilai Impor Jawa Timur bulan Agustus 2015 mencapai 1.765,84 juta dolarAS atau naik 57,29 persen dibanding impor bulan Juli 2015 yang mencapai 1.122,64 juta dolar AS. Secara kumulatif, nilai impor Januari - Agustus 2015 mencapai 13.041,58 juta dolar AS atau turun 22,43 persen dibanding periode yang sama tahun 2014 yang mencapai 16.812,04 juta dolar AS.
Karena itu, Pemprov Jatim merespon positif pengembangan akses transportasi dari dan ke lingkungan pelabuhan. Jajaran Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Jawa Timur akan menghidupkan kembali jalur kereta api dari dan ke pelabuhan yang tersebar di provinsi setempat.
"Kami sedang membahas reaktivasi atau pengaktifan kembali jalur kereta api menuju pelabuhan yang selama ini sebenarnya sudah ada," ujar Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Jawa Timur, Wahid Wahyudi , beberapa waktu lalu.
Dengan aktifnya jalur kereta api dari dan ke pelabuhan maka distribusi barang bisa lancar, beban jalan menjadi berkurang dan menekan terjadinya kemacetan arus lalu lintas.
Pemerintah bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) masih melakukan inventarisasi semua rel, terutama yang menuju ke pelabuhan. Sejumlah pelabuhan yang nantinya diharapkan bisa dilintasi kereta api, di antaranya Tanjung Perak di Surabaya, Teluk Lamong di Surabaya, Pelabuhan Gresik, Pelabuhan Tanjung Tembaga di Probolinggo dan beberapa pelabuhan lainnya. (*)
Mengurai Kepadatan Melalui Multimoda di Tanjung Perak
Kamis, 1 Oktober 2015 12:46 WIB