Pakar: Tahun 2015 Tonggak Kebangkitan Properti Indonesia
Selasa, 17 Maret 2015 19:15 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Tahun 2015 diyakini menjadi tonggak kebangkitan properti Indonesia karena ada sejumlah faktor ekonomi yang memberikan dampak positif terhadap sektor tersebut di Tanah Air.
"Beberapa faktor itu di antaranya inflasi, BI Rate, dan bunga KPR," kata Pakar Properti sekaligus CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, ditemui di Surabaya, Selasa.
Ia mengemukakan kebijakan pemerintah yang menurunkan BI Rate dari 7,75 persen menjadi level 7,5 persen mendapat tanggapan sangat baik dari pasar properti. Hal itu meningkatkan daya beli masyarakat terutama konsumen yang akan membeli rumah.
"Selain itu, adanya cadangan dana pemerintah dari pengalihan subsidi BBM yang akan dialihkan untuk menggenjot infrastruktur memberikan keuntungan lebih bagi pembangunan properti," ujarnya.
Di sisi lain, jelas dia, industri properti menengah atas mulai jenuh dan bergeser ke segmen menengah yang mayoritas adalah end user (pengguna). Oleh karena itu, kini pengembangpun telah membidik pasar tersebut. Khususnya dengan melakukan strategi resizing yakni menjual tipe yang lebih kecil.
"Kemudian produk hunian itu dijual dengan harga berkisar antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar per unit. Kami yakin produk itu akan menjadi primadona pasar properti mendatang," katanya.
Di samping itu, tambah dia, ada beberapa lokasi yang menunjukkan pertumbuhan dan menyimpan potensi pasar yang tinggi. Di antaranya Serpong-Tangerang. Dengan melihat analisa tersebut bisa dikatakan kini sektor properti akan berjalan positif pada tahun ini.
"Khususnya untuk rumah tapak (residensial). Namun pengembang harus jeli melihat dan memanfaatkan pasar serta memberikan strategi yang tepat dengan menawarkan produk berbeda dan sesuai keinginan konsumen," katanya.
Pada kesempatan sama, Managing Director Paramount Land, Andreas Nawawi, mengatakan pada tahun 2014 dan awal 2015 memang semua sektor usaha mengalami perlambatan ekonomi termasuk bidang properti. Namun perlambatan siklus pasar itu bukan berarti bisnis dan peluang investasi tidak berkembang.
"Nilai properti akan terus meningkat karena sektor itu merupakan investasi sepanjang masa," katanya.
Apalagi, kata dia, segmen kelas menengah di Indonesia pada tahun 2015 akan tumbuh menjadi sekitar 90 juta orang. Bahkan, tingkat konsumsi dan daya belinya tinggi. Kondisi itu juga berimplikasi kepada peningkatan pemenuhan kebutuhan akan hunian yang semakin besar.
"Situasi itu juga ditunjang oleh bertumbuhnya populasi penduduk di Tanah Air," katanya.
Sementara itu, lanjut dia, melihat perkembangan permintaan dan kebutuhan konsumen yang beragam, Paramount Land pada awal tahun 2015 menawarkan konsep baru "Custom Homes" di Malibu Village.
Produk itu merupakan klaster di Kota Gading Serpong yang mengakomodasi keinginan konsumen guna memberkan sentuhan personal pada desain rumahnya sendiri.
"Ada 18 pilihan desain fasad, tiga pilihan finishing fasad, tiga pilihan warna dan delapan pilihan kelengkapam rumah," katanya.(*)