APTRI Desak Pemerintah Proteksi Harga Gula
Sabtu, 6 Desember 2014 14:26 WIB
Pasuruan (Antara) - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Pasuruan mendesak pemerintah untuk memproteksi harga gula agar sesuai dengan Harga Pokok Pembelian (HPP).
"HPP gula saat ini sebesar Rp8.500 per kg, namun karena banyaknya pasokan kuota gula impor untuk kebutuhan nasional, maka harga gula jatuh menjadi Rp7.700 per kg," kata Ketua APTRI, Achmad Mawardi, di Pasuruan, Sabtu.
Ia mengatakan kondisi petani tebu itu akan disampaikan kepada Wakil Presiden, Jusuf Kalla saat berkunjung ke Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) pada Sabtu (6/12).
"Kami akan menyampaikan kondisi petani tebu yang sebenarnya pada saat kunjungan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla agar pemerintah bisa mengambil tindakan menyelamatkan para petani tebu," katanya.
Ia menambahkan tidak adanya proteksi harga dari pemerintah ini mengancam kesinambungan petani tebu yang dapat mengakibatkan kondisi petani tebu semakin terpuruk.
"Tidak adanya proteksi harga gula dari pemerintah ini bisa membuat kami semakin terpuruk karena pada masa produksi, petani sudah kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi," katanya.
Ia menjelaskan jatuhnya lelang harga gula ini bisa disebabkan kuota gula impor yang melebihi pasokan di pasaran seharusnya sebesar 2,7 juta ton menjadi 6,3 juta ton.
"Pemerintah berdalih kelebihan impor gula ini sebagai antisipasi stabilitas politik pada saat pemilu legislatif dan pemilu presiden beberapa waktu lalu," katanya.
Dalam kunjungan ke JawaTimur, Wapres Jusuf Kalla meninjau sejumlah proyek di Bojonegoro, Mojokerto, Malang, dan Pasuruan, di antaranya Pabrik Gula Gempolkrep, PTPN X di Mojokerto, Sabtu.
Sebelumnya, Wapres mengunjungi Pabrik Gula Subang dan Pabrik Gula Mojo yang telah berusia tua dan dinilai sulit untuk berkembang.
Wapres menilai Pabrik Gula Gempolkrep yang terbaik di antara tiga pabrik gula yang ia tinjau. "Untuk dapat mengurangi impor gula perlu dibangun sejumlah pabrik gula baru guna menggantikan pabrik-pabrik yang telah tua dan terus menurun kemampuan produksinya," katanya. (*)