Pengusaha Kapal Pasrah Merugi Akibat HUT TNI
Selasa, 30 September 2014 16:21 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Pengusaha kapal melalui Indonesia National Shipowners Association (INSA) Surabaya pasrah merugi Rp1 miliar hingga Rp2 miliar akibat serangkaian kegiatan menjelang HUT ke-69 TNI yang dipusatkan ke Pelabuhan Tanjung Perak.
"Padahal peringatan HUT ke-69 TNI sebelumnya dilaksanakan di Bandara Internasional Juanda tapi karena suatu hal dialihkan ke Tanjung Perak," kata Ketua DPC Surabaya Indonesia National Shipowners Association, Stenvens H Lesawengen, di Surabaya, Selasa.
Oleh sebab itu, ungkap dia, sejumlah anggota INSA tidak mungkin mengubah jadwal kapal yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, mereka tidak bisa berbuat banyak atas kerugian yang dialami.
"Mau tidak mau kerugian antara Rp1 miliar hingga Rp2 miliar ya harus kami alami setiap hari," ujarnya.
Angka kerugian itu, jelas dia, dipicu beban kalangan pengusaha yang harus menanggung biaya ekstra. Contoh, biaya sandar yang dihitung tergantung ukuran panjang kapal. Lalu, mereka juga harus membayar biaya bahan bakar minyak lebih banyak.
"Soalnya kapal lebih boros BBM akibat mengejar ketertinggalan jadwal di pelabuhan selanjutnya. Bahkan, kami harus mengejar sandar kargo yang tertinggal misalnya di Singapura," katanya.
Di tempat berbeda, Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero) Cabang Tanjung Perak, Dhany R Agustian, menyatakan, berupaya mengatur ulang jadwal kapal internasional. Hal itu direalisasikan agar aktivitas bisnis di pelabuhan di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak tetap berlangsung meski Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) ditutup sementara jelang HUT ke-69 TNI.
"Sejak tanggal 16 September lalu kami telah menawarkan penjadwalan ulang untuk pelayanan kargo internasional tapi tak semuanya bersedia. Jika dihitung hanya 40-45 persen yang masih bisa dinegosiasikan," katanya.
Penyebabnya, sebut dia, kapal internasional sulit untuk mendiskusikan atau mengatur ulang jadwal layanan. Apalagi, hal itu berkaitan dengan pelabuhan asal atau penerima lainnya seperti Singapura dan Australia.
"Pada umumnya, memang kapal curah kering dan mereka tak mentolerir keadaan cuaca. Contoh, kapal yang memuat gandum dan harus berhenti beroperasi walaupun ketika cuaca mendung," katanya.
Secara umum, kata dia, pelaksanaan gladi kotor maupun bersih yang dilaksanakan TNI mampu mempengaruhi waktu tunggu kapal (dwelling time). Apabila biasanya dwelling time untuk sandar berkisar 2-3 hari maka akibat penutupan sementara di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) memerlukan hingga empat hari.
"Penutupan APBS juga berdampak pada kondisi zona labuh Pelabuhan Tanjung Perak. Di atas kertas, kapasitas zona labuh ialah sekitar 80 kapal. Tapi, sekarang jumlah kapal yang menumpuk di sana sudah mencapai tiga kali lipatnya," katanya.
Sebelumnya, lanjut dia, jelang HUT ke-69 TNI di Dermaga Ujung Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Oktober mendatang Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak Surabaya mengeluarkan Surat Edaran.
"Surat tersebut berisi permintaan agar kapal yang melintas menghentikan aktivitasnya di APBS pada tanggal 24-25 September 2014 mulai pukul 06.00-11.00 WIB. Lalu, pada tanggal 29 September, 1, 2, 3, 4, dan 6 Oktober mulai pukul 06.00 WIB hingga selesai," katanya.(*)