Museum Pendidikan Kota Malang tak Terawat
Selasa, 16 September 2014 10:03 WIB
Malang (Antara Jatim) - Museum pendidikan Kota Malang, Jawa Timur, yang didirikan tahun 2011 saat ini kondisinya cukup memprihatinkan karena tidak terawat dan terlihat kumuh.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Malang, Zubaidah, di Malang, Selasa, mengakui jika kondisi bangunan museum tersebut memang tidak terawat dan pengelolaannya juga kurang maksimal. Seharusnya museum pendidikan ini menjadi "jujugan" bagi siswa untuk menimba ilmu dan sejarah pendidikan di Tanah Air, khususnya Malang.
"Ke depan, kami akan mengelolanya dengan lebih baik dan maksimal karena keberadaannya sangat penting untuk menambah wawasan siswa tentang sejarah pendidikan di Kota Malang, bahkan koleksi benda-benda sejarah yang berkaitan dengan pendidikan akan kami tambah," ujarnya.
Untuk menambah dan menghidupkan kembali museum pendidikan yang berlokasi di kawasan Malang International Education Park (MIE) Tlogowaru, Kedungkandang itu, Disdik mengajukan penambahan anggaran untuk menghidupkan museum itu kembali sebesar Rp626 juta yang akan digunakan untuk membeli berbagai perlengkapan dan koleksi museum, termasuk membeli beberapa baju adat dari berbagai daerah di Indonesia.
Dengan adanya tambahan koleksi museum dan pengelolaan maupun penataan yang lebih baik, lanjutnya, museum pendidikan tersebut akan kembali menjadi tujuan utama siswa sebagai media belajar serta menambah wawasan maupun ilmu.
"Selain untuk tujuan menambah wawasan siswa maupun pengunjung umum, kami berharap keberadaan museum pendidikan ini juga menjadi wahana wisata sejarah baru di Kota Malang," katanya.
Kondisi Museum Pendidikan yang juga berada dalam satu area dengan gedung Politeknik Kota Malang (Poltekom) itu, cat tembok bagian dalam sudah mengelupas di sana-sini, koleksi museum tidak tertata rapi, bahkan pintu utama gedung itu juga rusak, sehingga tidak pernah dikunci dan hanya diganjal sebatang kayu.
Koleksi museum pendidikan tesrebut saat ini di antaranya adalah berbagai tulisan di daun lontar, sabak, grif, buku-buku kuno. Selain itu juga peralatan kerja para guru, seperti sepeda kuno dan tas. Saat ini, Disdik juga terus mencari benda-benda kuno yang ada kaitannya dengan sejarah pendidikan untuk dijadikan koleksi di museum tersebut.
Ide pendirian museum pendidikan itu setelah beberapa pejabat di lingkungan Pemkot Malang, yang ketika itu dipimpin Wali Kota Peni Suparto belajar ke Belanda dan Amerika Serikat. Kedua negara itu dinilai memiliki apresiasi yang tinggi terhadap barang-barang kuno.
(*)