FITRA Menduga Kenaikan Elpiji Dikendalikan Mafia
Sabtu, 18 Januari 2014 19:52 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Uchok Sky Khadafi, menduga, kenaikan harga elpiji nonsubsidi yang diberlakukan Pertamina dikendalikan oleh mafia karena kebijakannya tidak berdasarkan keputusan pemerintah.
"Selain itu, Pertamina juga berjalan tanpa koordinasi dengan pemerintah," kata Uchok, dihubungi dari Surabaya, Sabtu.
Ia menilai, kenaikan harga gas cair tersebut memang sudah direncanakan oleh Pertamina dan mafia. Penyebabnya, kenaikan harga elpiji 12 Kilogram berdasarkan Rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Hal itu tertuang dari hasil audit BPK Semester I-2013 terhadap Pertamina untuk sektor gas," ujarnya.
Dalam rekomendasi tersebut, jelas dia, selama tahun 2011 hingga 2012 Pertamina mengalami kerugian Rp7,73 triliun. Di sisi lain, hasil audit BPK tidak obyektif.
"Bahkan terkesan rekomendasi itu seperti pesanan saja," katanya.
Padahal, tambah dia, kenaikan tersebut sudah diprakondisikan di mana pemerintah tidak pernah mau mengubah porsi penjualan gas antara kebutuhan luar negeri dengan dalam negeri. Pemerintah juga tetap mempertahankan porsi penjualan gas luar negeri tetap tinggi.
"Sementara porsi di dalam negeri dipatok rendah," katanya.
Sesuai data FITRA yang diperoleh dari Kementerian ESDM, lanjut dia, porsi penjualan gas pemerintah pada 2012 untuk dalam negeri 40,7 persen dan untuk ekspor 59,3 persen. Akibat dari minimnya pasokan gas ini, membuat pasokan elpiji untuk pasar dalam negeri sangat sedikit.
"Oleh karena itu, Pertamina melakukan impor untuk memenuhi pasokan gas di pasar nasional," katanya. (*)