Banyuwangi - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mencatat bahwa pesisir pantai selatan di kabupaten setempat rawan bencana tsunami.
"Sepanjang 175,8 kilometer garis pantai di Banyuwangi rawan tsunami karena berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia," kata pelaksana tugas (Plt) Kepala BPBD Banyuwangi, Wiyono, Rabu.
Menurut dia, beberapa kecamatan yang berada di pesisir pantai selatan antara lain Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, Purwoharjo, Bangorejo dan Tegaldlimo.
"Kami masih melakukan evaluasi terhadap pemetaan daerah rawan bencana di Banyuwangi untuk memperbarui peta rawan bencana yang sudah lama dan posko BPBD Banyuwangi selalu siaga untuk mengantisipasi bencana alam tersebut," paparnya.
Gempa bumi yang disertai tsunami pernah menerjang kawasan pesisir selatan Banyuwangi pada tahun 1994 yang menyebabkan korban jiwa sebanyak 214 orang meninggal, 14 orang hilang, dan ratusan bangunan rusak.
Informasi di BMKG Banyuwangi menyebutkan bahwa pesisir laut selatan di Banyuwang tidak dilengkapi alat deteksi tsunami karena peralatan deteksi tsunami di pesisir selatan yang dipasang Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 2005 hilang dicuri orang yang tidak bertanggung jawab.
Sementara salah seorang warga di pesisir Pantai Grajagan Banyuwangi, Bambang, mengaku khawatir dengan tidak adanya alat deteksi dini tsunami di pesisir pantai selatan Banyuwangi, sehingga warga harus lebih waspada.
"Kami sering khawatir bila gempa terjadi di Banyuwangi karena tidak ada alat deteksi dini tsunami, sehingga warga biasanya mengandalkan gejala alam untuk mewaspadai bencana tsunami di pesisir pantai selatan," katanya.
Ia berharap alat pendeteksi "tsunami warning system" (TWS) bisa segera dipasang di pesisir pantai selatan Banyuwangi, sehingga warga bisa mengetahui sejak dini, apabila terjadi tsunami.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012