Gresik - Tekanan semburan lumpur disertai gas yang terjadi di Desa Metatu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sudah mulai berkurang, kata ahli geologi dari Operasional Produksi COB Petrochina, Mashari, Senin.
Ia mengatakan, berkurangnya tekanan semburan lumpur yang sudah berlangsung sepekan itu, karena diameter lubang di pusat semburan yang terus membesar.
"Dengan berkurangnya tekanan ini, maka jarak aman bagi pengunjung untuk melihat pusat semburan adalah 50 meter, dari awalnya 300 meter," katanya.
Dikatakannya, awal terjadi peristiwa semburan lumpur pada Selasa (13/11) malam, tekanan semburan cukup kencang yang mengakibatkan ketinggian volume semburan mencapai 10 meter.
"Dengan tinggi semburan mencapai 10 meter, maka jarak aman untuk mendekati pusat semburan adalah 300 meter," katanya.
Mashari mengaku, dirinya ditugaskan oleh Petrochina untuk terus memantau kondisi semburan lumpur yang terjadi di Desa Metatu, dengan tujuan untuk memantau keluarnya gas beracun dari pusat semburan.
"Semburan di Metatu ini yang terkecil di Indonesia, namun bisa merupakan awal untuk lebih besar lagi ataupun bisa terus mengecil. Dan selama ini belum terpantau gas beracun keluar dari pusat semburan," katanya.
Sementara itu, salah seorang pakar semburan lumpur dari Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Djaya Laksana menyarankan agar semburan gas dan minyak di Gresik diberi pengamannan cerobong, sebab gas yang diseburkan sangat rawan ledakan bila terkena api.
"Semburan akan lebih aman jika dibuatkan cerobong setinggi 10 meter, sebab gas yang terkandung di sekitar semburan baunya sangat menyengat, hal ini membuktikan gasnya sangat mudah terbakar bila ada api," kata Djaya yang pernah membuat rumus "Hukum Bernouli" bagi semburan Lumpur Lapindo, Sidoarjo.
Ia menjelaskan, dengan membuat pengaman berupa cerobong akan membuat semburan gas tidak berdampak pada warga sekitar, sebab cerobong setinggi 10 meter akan menguraikan gas metana yang keluar dari pusat semburan.
Sementara itu, salah satu warga Desa Metatu, Nurul Asikin berharap, semburan lumpur yang terjadi di desanya bisa dikelola dengan baik, sehingga bisa mendatangkan kesejahteraan bagi warga sekitar.
"Dengan adanya pengelolaan yang baik, maka semua warga desa akan menikmati hasilnya, dan bisa meningkatkan kesejahteraan warga," katanya.
Sebelumnya, semburan lumpur di Desa Metatu mulai muncul pada Selasa (13/11) malam, dan berdasarkan laporan warga ketinggian awal semburan lumpur saat itu sempat mencapai sekitar 10 meter.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012