Pacitan - Ratusan nelayan andon atau nelayan pendatang di Kabupaten Pacitan dan Trenggalek, Jawa Timur, secara bergelombang pulang kampung ke daerah asal masing-masing menyusul datangnya musim pancaroba yang diiringi cuaca kurang menguntungkan di laut lepas.
ANTARA di Pacitan, Senin, melaporkan, suasana di sejumlah pelabuhan saat ini terlihat lebih sepi dibanding hari biasanya.
Kapal-kapal penangkap ikan dengan berbagai jenis dan ukuran juga dibiarkan parkir atau labuh jangkar sehingga membuat kolam pelabuhan padat dan cenderung sesak.
Meski terlihat sejumlah nelayan yang melakukan perbaikan di atas geladak maupun membersihkan badan kapal, namun tak satupun yang beraktivitas menangkap ikan laiknya hari-hari biasa.
Menurut keterangan sejumlah nelayan, perubahan suasana itu lazim terjadi setiap kali memasuki masa pancaroba.
"Kebanyakan pilih pulang kampung. Apalagi di sini banyak sekali nelayan pendatang, sehingga ketika cuaca buruk atau sedang tidak musim ikan kami pilih kembali ke daerah asal sampai musim ikan berikutnya," kata salah seorang nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan, Sunarto.
Para nelayan andon tersebut sebagian besar berasal dari wilayah Sulawesi Barat maupun Sulawesi Selatan. Mereka pulang secara bergelombang dengan menggunakan kapal-kapal penangkap ikan miliknya dengan rute melalui Selat Bali dan Laut Jawa.
Menurut keterangan sejumlah nelayan andon lain yang masih tersisa, paling tidak butuh waktu kurang lebih lima hari untuk sampai ke daerah asal mereka.
Selain dari Pulau Sulawesi, para nelayan andon di PPP Tamperan di antaranya juga berasal dari beberapa wilayah Pulau Jawa, seperti Pekalongan, Cilacap (Jawa Tengah) serta Malang.
Pancaroba yang biasanya diiringi badai dan gelombang pasang di tengah laut acapkali menyebabkan hilangnya sejumlah potensi tangkapan ikan bagi nelayan. Hal itu sebagaimana diakui oleh para nelayan andon yang masih mencoba bertahan karena berbagai alasan.
Mereka mengatakan, akan pulang jika ongkos telah mencukupi.
Beberapa jenis ikan yang selama ini mereka tangkap, seperti tuna dan cakalang kemungkinan telah berpindah mencari habitat hidup di perairan lain, sehingga nelayan terancam merugi jika tetap melaut.
"Selain karena cuaca, juga karena pertimbangan ekonomis," terang Hartono, salah satu nelayan lainnya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya pancaroba dan hingga datangnya musim hujan diperkirakan akan berlangsung 5-6 bulan, yakni mulai November sampai sekitar April tahun depan.
"Mulai bulan tiga (Maret) mereka biasanya kembali berdatangan," kata Hartono. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012