Surabaya - Peserta "Annual International Conference on Islamic Studies 2012" (AICIS 2012) atau Konferensi Tahunan Studi Islam mencatat peran penting Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dalam memberikan kontribusi besar pada sistem demokrasi di Indonesia. "Kontribusi besar itu terlihat dari keberadaan ribuan ahli di bidang kajian Islam dalam relasinya dengan isu-isu pluralisme, gender, resolusi konflik, dan demokrasi, seperti yang hadir dalam AICIS 2012 di Surabaya pada 5-8 November," kata mantan Rektor UIN Yogyakarta, Prof Amin Abdullah, terkait rekomendasi AICIS di Surabaya, Kamis. Bahkan, katanya, AICIS dapat dikatakan sebagai forum "the greatest democratic country in the world" (penjaga negara demokrasi terbesar di dunia). Senada dengan itu, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Azyumardi Azra, menyatakan PTAI di Indonesia layak menjadi barometer pendidikan Islam dunia. "Jumlah perguruan tinggi Islam di Indonesia terbesar di dunia, Malaysia hanya ada dua perguruan tinggi Islam, sedangkan Mesir juga hanya sekitar enam6 universitas Islam, tapi kita mempunyai lebih dari 100 PTAI," katanya. Menurut dia, PTAI juga melahirkan pemahaman Islam yang progresif dan kompatibel, karena itu para alumninya memiliki peran dalam proses konsolidasi Islam. "Saya optimistis dengan masa depan PTAI, karena bion imajinasi menjadi ciri PTAI. Dulu, PTAI kumuh, tapi sekarang sudah membanggakan. Tidak memalukan karena kampusnya bagus. Kita bangga sebagai orang IAIN, UIN dan STAIN," katanya. Terkait kualitas sumber daya manusia PTAI, Azyumardi menyebutkan banyak pimpinan PTAI yang sudah memiliki gelar doktor dan profesor, sehingga kualitas sumber daya bisa dipastikan meningkat. "Apalagi, sebentar lagi akan ada beasiswa dari pemerintah untuk PTAI. Jadi, kemampuan mereka dari tahun ke tahun akan terus meningkat, buktinya makalah-makalah mahasiswa PTAI lebih utuh dan lengkap. Jadi tidak perlu ragu dengan PTAI," katanya. Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama, Prof Dede Rosyada, mengatakan PTAI ke depan memiliki masa depan yang bagus. "Itu karena mereka dari segi keilmuan tidak hanya belajar tentang agama Islam secara khusus tetapi diajari problem-problem sosial, bahkan para pengampu pendidikan di PTAIN juga mengkomparasikan dengan masalah-masalah sosial lainnya," katanya. Ia mencontohkan mahasiswa belajar fikih yang juga sekaligus belajar masalah sosial yang berkaitan dengan fiqih. Contoh lain, belajar ilmu kalam juga disertai belajar tentang imu kalam bagaimana menjadi motivasi untuk bisnis yang sukses. "PTAI mendidik mahasiwa menjadi orang cerdas, sarjana agamis dan sainstifik. Hanya saja tantangan ke depan yang harus dihadapi adalah bagaimana bisa memfasilitasi mereka dengan baik, karena wajib belajar hanya 9 tahun," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012