Sumenep - Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep menyatakan, deflasi yang terjadi di wilayah tersebut pada September 2012 sebesar 0,56 persen, merupakan yang tertinggi di Jawa Timur. "Dari tujuh daerah di Jawa Timur, enam di antaranya mengalami deflasi pada September, yakni Sumenep, Probolinggo, Madiun, Surabaya, Jember, dan Kediri. Dari enam daerah itu, deflasi di Sumenep yang tertinggi," kata Kepala Seksi Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep Kadarisman di Sumenep, Rabu. Ia menjelaskan, deflasi di Probolinggo sebesar 0,35 persen, Madiun 0,15 persen, Surabaya 0,04 persen, Jember 0,03 persen, dan Kediri 0,02 persen. "Deflasi yang terjadi di Sumenep pada September merupakan kejadian yang kedua pada tahun ini. Pada April lalu, Sumenep juga mengalami deflasi sebesar 0,07 persen," ujarnya. Berdasarkan kelompoknya, kata dia, bahan makanan menjadi penyebab utama deflasi di Sumenep, disusul sandang, serta rekreasi. "Penurunan harga di kelompok bahan makanan sebesar 2,19 persen, sandang sebesar 1,64 persen, dan rekreasi 0,5 persen. Setelah masa Hari Raya Idul Fitri, penurunan harga maupun permintaan barang merupakan hal wajar," ucapnya. Komoditas yang memberikan sumbangan terjadinya deflasi di Sumenep, di antaranya daging ayam kampung, daging ayam broiler, dan cabai. "Namun, harga sejumlah komoditas lainnya tidak turun, seperti emas dan daging sapi. Hanya saja, lebih banyak barang yang harganya turun dibanding naik. Kondisi itu yang membuat terjadi deflasi di Sumenep," kata Kadarisman. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012