Pekanbaru - Pertandingan cabang bola voli indoor Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/2012 telah berakhir pada Rabu (19/9) malam, dengan menempatkan tim putra Jawa Timur dan tim putri Jawa Barat sebagai peraih medali emas. Pada laga final di GOR Universitas Islam Riau (UIR) yang dijubeli lebih dari 5.000 penonton hingga meluber di tepi lapangan, juara bertahan tim putra Jatim tanpa ampun melibas Jawa Tengah dengan skor telak 3-0 (25-15, 25-20, 25-19). Sedangkan tim putri Jabar mengandaskan musuh bebuyutannya Jatim dengan kemenangan tipis 3-2 (26-24, 24-26, 19-25, 25-20, 15-11) dalam pertandingan yang berlangsung sekitar 2,5 jam. Medali perunggu putra diraih Kalimantan Timur yang menyingkirkan tim unggulan Bali 3-2 (25-23, 23-25, 25-19, 23-25, 15-11), sementara perunggu putri diambil Jateng setelah menang atas Daerah Istimewa Yogyakarta 3-1 (18-25, 25-23, 28-26, 25-13). Keberhasilan putra Jatim dan putri Jabar menjadi jawara PON kali ini tidak terlalu mengejutkan, karena kedua tim tersebut memang ditempatkan sebagai unggulan. Bahkan, medali emas yang diraih tim putra Jatim kali ini merupakan yang keempat beruntun di ajang PON, yakni sejak PON 2000 (Jatim), dilanjutkan 2004 (Sumsel), 2008 (Kaltim), dan 2012 (Riau). Dibanding 11 kontestan lainnya, Kekuatan Jatim memang lebih bagus dengan didukung beberapa pemain timnas, seperti Bagus Wahyu Ardiyanto, Adi Sucipto (keduanya tosser), Agung Seganti, Khasoni Mufid, Machfud Nurcahyadi, dan Veleg Dani (libero). Mereka juga didukung pemain-pemain muda yang potensial, semisal I Putu Randu, Dwi Sistin Yoga, Ahmad Faisal, dan Samsul Kohar. Sebenarnya tim putra Bali yang awalnya diprediksi bisa mengimbangi kekuatan Jatim, karena diperkuat sejumlah pemain klub juara Proliga 2012, Jakarta BNI Taplus. Akan tetapi, secara tidak terduga Bali kandas di babak empat besar oleh Jawa Tengah yang sejak awal tidak diperhitungkan. Tidak tanggung-tanggung, Jateng membabat Bali dengan skor telak 3-0. Bali semakin terpuruk setelah pada perebutan medali perunggu dibekuk tim "underdog" Kalimantan Timur 2-3. Ini untuk pertama kalinya Kaltim merebut medali cabang bola voli di ajang PON. "Kalau bertemu Bali di laga final, pertandingan akan berjalan jauh lebih ketat. Ternyata Jateng membuyarkan prediksi banyak orang, padahal materi pemainnya biasa-biasa saja," kata Pelatih Tim Putra Jatim Ibarsyah Danu. Menurut ia, anak-anak asuhnya bisa menang mudah atas Jateng di laga final, karena sebelumnya sudah mempelajari permainan dan kekuatan mereka. Pelatih Tim Putra Jateng W Subowo mengatakan, keberhasilan menembus partai final PON kali ini sangat di luar dugaan dan banyak didukung faktor keberuntungan, terutama saat berhasil menundukkan Bali di semifinal. "Yang tidak kalah penting motivasi seluruh pemain sangat tinggi. Kami tidak masuk unggulan sehingga bisa bermain tanpa beban menghadapi Bali," ujarnya. Pembalasan Jabar Ketika laga putra Jatim melawan Jateng berjalan berat sebelah, partai seru dan menegangkan justru terjadi di final putri yang mempertemukan dua musuh bebuyutan Jabar melawan Jatim. Jabar akhirnya mampu melakukan pembalasan kepada Jatim atas kekalahan yang mereka alami saat invitasi bola voli di Kabupaten Kendal, Jateng, satu bulan sebelum PON berlangsung. Saat itu, Jabar menyerah dari Jatim dengan skor 2-3, tapi di Riau mereka mampu berbalik memukul Jatim 3-2 dalam laga yang juga sarat emosi dan saling ejek dari beberapa pemain kedua tim. Kekuatan kedua tim seimbang dan dihuni pemain-pemain yang berkompetisi di ajang Proliga. Jabar antara lain punya si jangkung "open spiker" timnas Amalia Fajrina Nabila, Agustin Wulandari, Wilda, dan "tosser" Zara Tiara Lautina. Sedangkan Jatim diperkuat pemain klub Surabaya Bank Jatim dan Petrokimia Gresik, seperti Maya Kurnia Indri, Dini Indahsari, Asih Titi Pangestuti, Novia Andriyanti, Lailatul Aisyah, dan Maya Puspita Widyastuti (tosser Jakarta Elektrik PLN). "Kami pernah kalah lawan Jatim di uji coba sebelum PON sehingga pertemuan final ini seperti ajang pembalasan buat anak-anak. Saya beri kebebasan kepada pemain untuk mengembangkan permainan dan tidak perlu terbebani," kata Pelatih Tim Putri Jabar Nur Hariri. Amalia Fajrina benar-benar menjadi momok bagi Jatim, karena smes-smes kerasnya sulit dibendung dan banyak menghasilkan poin buat Jabar, termasuk di set penentuan. "Kunci kekuatan Jabar adalah Amalia dan Zara. Kalau anak-anak bisa menahan smes Amalia, hasilnya mungkin akan lain," ujar Pelatih Tim Putri Jatim Machfud Irsyada. Secara teknis, lanjut Machfud, permainan timnya tidak kalah dibanding Jabar, bahkan sempat unggul 2-1 lebih dulu. "Dalam pertandingan final seperti ini, masalah mental tanding di lapangan sangat berpengaruh," tambah Machfud yang harus mengubur impian membawa timnya mengakhiri paceklik medali emas bola voli putri sejak PON 2004. Persaingan cabang bola voli di sektor putri terlihat sangat timpang, karena hanya Jabar dan Jatim yang kekuatannya di atas rata-rata enam kontestan lainnya, yakni juara bertahan Papua, DI Yogyakarta, Jateng, Riau, Sulawesi Utara, dan DKI Jakarta. Baik Jabar maupun Jatim selalu memetik kemenangan 3-0 atas lawan-lawannya sejak babak penyisihan grup hingga semifinal. Terlepas dari semua itu, bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang menyedot animo penonton cukup besar selama PON 2012. Sejak babak penyisihan pada 9 September, GOR Universitas Islam Riau yang berkpasitas 3.000 orang selalu dipenuhi penonton. Tingginya animo penonton mencapai puncaknya pada laga final yang disaksikan lebih dari 5.000 pasang mata. Penonton yang tidak tertampung di tribun meluber hingga pinggir lapangan, seperti yang terjadi pada turnamen antarkampung (tarkam). (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012