Kediri - Kebakaran melanda areal hutan milik Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kediri, yang terletak di Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, dan saat ini petugas masih berusaha untuk memadamkan api.
Wakil Kepala Administratur Perum Perhutani KPH Kediri, Errik Alberto, Minggu mengatakan pihaknya sudah menerjunkan tim untuk memantau dan memadamkan api.
"Ada sekitar 30 personel ditambah dari masyarakat yang ke lokasi. Mereka membantu memadamkan api," katanya.
Errik menyebut, laporan kebakaran hutan itu ia terima sore. Api dilaporkan telah membakar kawasan hutan di perbatasan Gunung Klotok dengan Gunung Wilis, di Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri.
Hutan yang terbakar itu, kata dia, berupa rimba campur. Di dalamnya, ada banyak beragam pohon dengan usia tanaman beragam, kecil sampai besar. Hutan yang terbakar dimungkinkan juga tidak terlalu luas, sekitar 5 hektare.
"Hutan itu merupakan rimba campur. Di dalamnya, tidak murni pohon yang diusahakan untuk keperluan panen, bukan pohon komersil," ungkapnya
Pihaknya sampai sekarang belum mengetahui dengan pasti penyebab kebakaran tersebut. Banyak faktor yang berpengaruh, terlebih lagi saat ini musim kemarau dan banyak tanaman khususnya ilalang yang kering.
"Api akan mudah tersulut dengan cuaca yang seperti ini. Misalnya, ada yang sengaja membuang puntung rokok ke sekitar hutan, itu sudah bisa memicu kebakaran," ungkapnya.
Pengalaman itu, kata dia, seperti musibah kebakaran yang terjadi di areal Gunung Kelud (1.730 mdpl) akhir Agustus 2012 lalu. Terdapat sekitar 5 hektare lahan Perhutani Kediri yang terbakar. Hutan yang terbakar juga sama dengan kejadian di Kecamatan Banyakan, rimba campur.
Musibah kebakaran yang terjadi ini bukan yang pertama kali. Sedikitnya, terdapat 10 kali musibah kebakaran yang terjadi tahun ini. Luas lahan yang terbakar tidak terlalu luas, sekitar 50 hektare.
"Jika dibanding dengan 2009 lalu, kebakaran masih lebih terpantau tahun ini. Pada 2009 lalu, luas lahan yang terbakar bisa sampai 100 hektare, namun untuk tahun-tahun terakhir ini hanya sekitar 50 hektare," ungkap Errik. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012