Jember - "Beras cerdas" berbahan dasar singkong, temuan guru besar teknologi hasil pertanian Universitas Jember Prof Dr Ahmad Subagio, MAgr, kini banyak diminati oleh penderita diabetes.
"Pemesannya selain di Jember dan sekitarnya juga kota-kota besar lainnya, seperti Jakarta dan Depok. Karena bahan dasarnya singkong, beras ini bagus juga untuk penderita jantung, koletserol dan buang air besar jadi lancar," kata Subagio kepada ANTARA di Jember, Rabu.
Beras cerdas adalah beras analog karena terbuat dari adonan tepung singkong. Beras itu merupakan hasil penelitian Subagio dalam rangka mencari bahan pangan alternatif selain beras, namun memiliki gizi dan kandungan zat lainnya yang tidak kalah dari beras.
Menurut Subagio, selain masyarakat secara individu, beras cerdas buatannya saat ini dipesan oleh Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail yang menggulirkan program satu hari tanpa beras untuk setiap hari Selasa.
Saat ini, katanya, beras cerdas dijual di Jember seharga Rp7.000/kg. Sebenarnya harga tersebut bisa ditekan hingga Rp6.000 jika ada kepedulian dari pemerintah, seperti menyubsidi harga singkong di tingkat petani.
"Saat ini singkong di petani harganya Rp1.000/kg. Kalau ada subsidi dari pemerintah bisa Rp600. Selain itu, tepung dari singkong sebelum dibuat beras cerdas yang kami beri nama tepung mocaf (modified cassava flour) harganya Rp5.500/kg. Kalau misalnya produk tepung mocaf bebas PPN, maka harganya bisa Rp4.000 sehingga beras cerdas bisa turun juga," paparnya.
Meskipun demikian, lulusan S-2 dan S-3 perguruan tinggi di Jepang ini optimistis beras hasil penelitiannya itu akan laku di pasaran karena masyarakat akan membutuhkan. Apalagi saat ini mulai muncul kesadaran perlunya variasi pangan selain beras.
Pihaknya akan menyasar dua segmen pasar untuk penjualan beras cerdas ini, yakni masyarakat yang selama ini sudah terbiasa makan singkong dan masyarakat berkebutuhan khusus, seperti penderita diabetes, jantung, kolesterol dan lainnya.
"Bagi masyarakat yang sudah terbiasa makan singkong, tentu harganya harus murah. Makanya ini perlu perhatian pemerintah sehingga masyarakat tidak melulu tergantung pada beras. Ini juga bertujuan mengubah persepsi bahwa makan singkong itu miskin atau bahkan kekurangan pangan," tukasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berkebutuhan khusus, katanya, harga beras cerdas bisa di atas Rp8.000/kg. Beras cerdas itu bisa lebih murah lagi kalau masyarakat hanya membeli tepung mocaf kemudian diolah sendiri.
"Kami masih akan terus melakukan kajian lagi terhadap mocaf dan beras cerdas ini, terutama dari sisi kesehatannya," ujarnya.
Mengenai varian produk dari tepung mocaf dan beras cerdas, saat ini Subagio mendirikan "Warung Mister Te" di Jember yang menyediakan semua menu dan penganan dari bahan dasar singkong. Mister Te sendiri diambil dari kata "telo" yang berarti singkong.
"Syukur keberadaan warung ini berkembang dengan baik. Dari awalnya hanya ada tiga karyawan, sekarang kami memiliki 25 karyawan," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012