Surabaya - Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur mendesak pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan pembatasan impor tembakau khususnya jenis virginia sebagai upaya melindungi produk tembakau sejenis yang dibudidayakan petani lokal. Ketua Kelompok Kerja Penyelamatan Industri Hasil Tembakau Kadin Jatim Dedy Suhajadi kepada wartawan di Surabaya, Jumat, mengemukakan total impor tembakau virginia untuk memenuhi kebutuhan industri rokok dalam negeri pada 2011 mencapai sekitar 53.000 ton. "Jumlah itu berpotensi terus meningkat jika pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan pembatasan impor dan pada akhirnya mengancam keberadaan tembakau virginia dalam negeri," katanya di sela-sela acara forum diskusi masalah pertembakauan. Menurut Dedy, harga tembakau mancanegara, terutama dari produsen tembakau terbesar China yang lebih murah dibanding produk lokal, menjadi salah satu alasan untuk melakukan impor. Ia menyebutkan, harga tembakau asal China sekitar 2,55 dolar AS perkilogram (Rp23.000 dengan kurs Rp9.000/dolar), sementara harga tembakau lokal hampir mencapai Rp30.000 perkilogram. "Padahal kualitas tembakau virginia dari China tidak lebih baik dari tembakau lokal. Impor dari China paling banyak," tambahnya. Dedy Suhajadi menambahkan, Provinsi Jatim merupakan salah satu sentra produksi tembakau terbesar di Indonesia, termasuk untuk jenis virginia. Dari total produksi tembakau nasional yang mencapai 144.000 ton pada tahun lalu, sekitar 60-65 persen dihasilkan dari Jatim. "Pemerintah memang tidak bisa melarang produk impor masuk karena ada kesepakatan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), tetapi kebijakan pembatasan bisa dilakukan. Kami juga minta Gubernur Jatim mengeluarkan regulasi soal kuota impor tembakau yang masuk ke provinsi ini," kata Dedy. Sementara itu, pakar pertembakauan Prof Dr Samsuri Tirtosastro mengemukakan, kualitas tembakau virginia dalam negeri jauh lebih bagus dibanding produk beberapa negara lain, tetapi produktivitas petani lokal memang belum maksimal. "Produktivitas petani tembakau kita baru sekitar 1,2 ton per hektare, sementara China sudah mencapai 1,8 ton per hektare. Tapi dari segi kualitas, tembakau kita justru lebih bagus," katanya. Guru Besar Universitas Tribuana Tunggadewi Malang itu menambahkan, produktivitas petani tembakau lokal masih bisa ditingkatkan melalui pola budidaya tanaman yang lebih baik. "Saya setuju ada pembatasan impor tembakau khususnya virginia, karena tanaman itu bisa dibudidayakan di Indonesia. Kalau tidak dibatasi, tembakau impor bisa mematikan produk lokal," ujarnya. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012