Pacitan - Penggunaan pupuk organik atau yang berbahan ramah lingkungan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, sampai saat ini masih minim dan diperkirakan baru sekitar 30 persen.
"Itu asumsi kami berdasar data dan hasil pemantauan yang dilakukan oleh petugas penyuluh pertanian di masing-masing kecamatan," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Pacitan, Pamuji, Senin.
Rendahnya minat petani terhadap pupuk organik sangat disesali Pamuji, sebab menujukkan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan masih kurang.
Menurut dia, meski penggunaan pupuk nonorganik atau pabrikan lebih cepat terasa, terutama dari sisi produk, tetapi hal itu bisa menyebabkan titik jenuh lahan pertanian.
Ia bahkan menggambarkan kebiasaan menggunakan pupuk nonorganik tersebut seperti halnya memupuk racun dalam tanah maupun tanaman.
Sebab, kata dia, dalam obat-obatan pabrikan terkandung unsur-unsur berbahaya dan sulit terurai, seperti chlorine, tembaga, dan unsur logam berat lainnya.
Tak hanya masalah kondisi tanah, menumpuknya kandungan zat berbahaya juga mengancam keberadaan organisme maupun musuh alami hama.
"Sama dengan memupuk racun, padahal pertumbuhan tanaman perlu peran jasad organik tinggi. Musuh alami juga akan mati," jelasnya.
Kerusakan lingkungan secara bertahap juga akan terjadi karena tidak jarang petani menggunakan pupuk nonorganik dalam dosis tinggi.
Akibatnya, meski hasil pertanian saat itu berhasil, tetapi lambat laun unsur hara dalam tanah akan berangsur menghilang akibat terlalu basa.
Selain itu, hama pertanian juga menjadi kebal karena penggunaan pestisida secara terus-menerus dengan kadar berlebihan.
"Ini berbeda dengan pestisida organik. Memang daya bunuhnya lebih lambat, tapi sebenarnya lebih pasti karena mengikuti ekosistem," kata Pamuji.
Rendahnya kesadaran petani menggunakan pupuk organik juga dipengaruhi oleh faktor kepemilikan lahan petani di Kabupaten Pacitan.
Sebab, dari puluhan ribu petani sebagian besar hanya memiliki luas sawah kurang dari satu hektare. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012