Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan impor minyak mentah dan bahan bakar minyak yang selama ini dilakukan adalah suatu keterpaksaan karena tidak adanya penemuan ladang baru di Tanah Air. "Selama ini kami impor hanya porsinya kecil. Impor bagi kami suatu keterpaksaan," ujar "Vice President Corporate Communication" PT Pertamina Persero, M. Harun saat ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin. Ia menambahkan pembelian minyak mentah dan bahan bakar minyak juga tidak mudah dilakukan sebab memerlukan kesepakatan ke dua belah pihak. Pertamina berharap mendapatkan harga beli yang kompetitif, namun itu tergantung dari si penjual. "Mereka [pedagang] kan juga harus melakukan tender, siapa yang menawarkan paling baik. Kalau mereka oke sama Pertamina, mereka dapat melakukan negosiasi 'trading' kepada anak perusahaan kami, yakni Petral," katanya. Harun mengakui selama ini masyarakat hanya mengetahui Pertamina saja yang memiliki anak perusahaan "trading", padahal sebagian besar perusahaan migas juga mempunyai lini bisnis "trading" untuk menunjang perdagangan migasnya. Ia mencontohkan Pertamina selama ini mengimpor minyak sebanyak 110.000 dari Arab Saudi. Ke depan, Pertamina akan memperbesar porsi impor dari ladang dan sumur minyak. Menyoal proses akuisisi ladang minyak di Kazakhstan, ia menegaskan Pertamina selalu mengkaji semua peluang untuk ekspansi baik di luar maupun dalam negeri. Sementara itu, dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Pertamina Persero telah disetujui pembagian dividen kepada negara sebesar Rp7,2 triliun (35 persen) dari laba 2011 yang mencapai Rp20,5 triliun. "Dividen disetujui sebesar Rp7,2 triliun dari laba yang ditetapkan Rp20,5 triliun," kata Harun.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012