Tulungagung - Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Senin, mencanangkan gerakan pembasmian hama tikus di seluruh area persawahan yang ada di daerah tersebut. Gerakan pembasmian binatang pengerat yang menjadi musuh petani tersebut dimulai dari kompleks persawahan yang ada di Desa Bungur, Kecamatan Karangrejo. Di area persawahan ini, Dinas Pertanian Tulungagung bekerja sama dengan dinas terkait di tingkat Provinsi Jatim serta sebuah perusahaan swasta nasional menggelontorkan belasan dus sejenis obat menyerupai petasan berbahan dasar belerang yang berfungsi sebagai pembasmi hama tikus. "Obat antitikus ini menggunakan metode pengasapan. Cara kerjanya, batang obat berisi bubuk belerang ini dibakar pada ujungnya lalu dimasukkan ke lubang-lubang yang menjadi tempat persembunyian tikus sawah," kata Kepala Dinas Pertanian Tulungagung Tatang Suhartono. Dikatakannya, hama tikus masih menjadi "momok" nomor satu pagi petani di Kabupaten Tulungagung, disusul wereng coklat. Dua jenis hama ini paling sering menyebabkan kerusakan hasil panen padi petani atau bahkan puso atau gagal panen sama sekali. Tahun 2011, misalnya, dari total luas lahan pertanaman mencapai 25 ribu hektare, 80 hektare di antaranya gagal panen karena serangan hama tikus. Evaluasi tersebut belum termasuk dampak serangan hama wereng coklat yang juga sempat merajalela. "Tahun ini kami berharap tingkat kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan hama tikus bisa ditekan seminimal mungkin," ujarnya dengan nada yakin. Menurut keterangan Tatang maupun Kepala Bidang Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (POPP) Dinas Pertanian Tulungagung, Sugeng ST, untuk sementara memasuki musim tanam kedua tahun ini, tercatat sudah ada 12 hektare lahan pertanian padi yang mengalami puso atau gagal panen. Dari jumlah itu, lebih dari 10 hektare di antaranya terjadi di Desa Bungur, sementara dua hektare lainnya tersebar di beberapa kecamatan lain. Mengacu pada data hasil evaluasi Dinas Pertanian Tulungagung, ada enam kecamatan yang diidentifikasi sebagai langganan hama tikus, yakni Kecamatan Kauman, Gondang, Tulungagung, Kedungwaru, Karangrejo, serta Ngunut. Tingkat atau intensitas serangan hama wereng di enam kecamatan tersebut saat ini bervariasi, mulai dari skala ringan dengan tingkat kerusakan 1-25 persen (luas teridentifikasi sekitar 91 hektare), skala sedang dengan tingkat kerusakan 25-50 persen (luas teridentifikasi sekitar 55 hektare), serta skala berat (luas teridentifikasi 0 persen), serta puso atau gagal panen yang teridentifikasi seluas 12 hektare. Tatang yang saat itu terlihat memimpin langsung pembukaan gerakan pembasmian hama tikus di Desa Bungur mengemukakan empat program kegiatan yang harus dilakukan masyarakat petani. Keempat startegi/program dimaksud antara lain adalah gerakan penanaman padi secara serempak, penggunaan bibit muda di bawah usia 1 bulan, pembersihan sanitasi lingkungan, dan terakhir pengendalian secara terorganisir dan maksimal. "Penanaman padi secara serempak secara tidak langsung akan memutus rantai makanan hama tikus sehingga tidak bisa berkembang biak. Kondisi ini berbeda jika penanaman tidak bersamaan, sebab tikus bisa berpindah dari satu area persawahan ke area persawahan lain yang sedang memasuki/menjelang masa panen," terang Tatang. Ia juga menjelaskan, penanaman bibit muda memungkinkan tanaman padi bisa bertahan karena masih memiliki kemampuan tumbuh cabang/daun baru apabila batang padi muda tadi diserang hama tikus. "Kebersihan sanitasi lingkungan menjadi hal mutlak karena tikus hidup dan bersembunyi di pematang-pematang sawah. Selain itu, pengendalian harus terus menerus dilakukan, salah satunya ya melalui pembasmian hama tikus baik dengan cara gropyokan langsung maupun dengan alat bantu obat antitikus seperti saat ini sedang kami lakukan," ujarnya. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012